Remah Harian

BERBAGI HADIAH TERMULIA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Rabu 27 Desember 2023, Pesta St. Yohanes
Bacaan: 1Yoh. 1:1-4; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Yoh. 20:2-8.

(Yoh 20: 8)

Kita rayakan hari ini Pesta St. Yohanes Penginjil, murid terkasih Tuhan Yesus. Yohanes Penginjil, rasul Yesus yang tidak mati sebagai martir, namun menurut tradisi Kristen, hidup sampai usia lanjut dan wafat pada sekitar tahun 101 M di Efesus atau Turki modern saat ini, ketika usianya lebih dari 90 tahun. Ia adalah anak dari Zebedeus dan Salome. Ia adalah seorang nelayan, saudara dari Santo Yakobus, salah satu yang disebut Putra Petir, murid Santo Yohanes Pembaptis dan sahabat Rasul Petrus. Ia dipanggil oleh Yesus pada tahun pertama pelayanan-Nya dan melakukan perjalanan ke mana-mana bersama-Nya. Ia ikut serta dalam Perjamuan Terakhir. Dialah satu-satunya dari Dua Belas Rasul yang tidak meninggalkan Yesus pada saat sengsara-Nya, berdiri di kaki salib. Tuhan menyerahkan Bunda Maria kepadanya dan ia membawanya ke dalam rumahnya. Setelah mendengar tentang Kebangkitan, dialah orang pertama yang mencapai kubur dan ketika ia bertemu dengan Tuhan yang Bangkit di Danau Tiberias, ia juga orang pertama yang mengenali-Nya.

Yohanes tinggal untuk waktu yang lama di Yerusalem, tetapi tahun-tahun terakhirnya dihabiskan di Efesus, tempat ia mendirikan banyak gereja di Asia Kecil. Yohanes menulis Injilnya setelah para Penginjil lainnya, sekitar enam puluh tiga tahun setelah Kenaikan Kristus; juga tiga Surat, dan Kitab Wahyu yang indah dan misterius. Dia dibawa ke Roma dan, menurut tradisi, dilemparkan ke dalam kuali berisi minyak mendidih atas perintah Kaisar Domitianus. Seperti Tiga Remaja di dalam perapian Babel yang berapi-api, dia secara ajaib tidak terluka.

Dia kemudian diasingkan ke Pulau Patmos, di mana dia menulis kitab Wahyu, tetapi setelah itu kembali ke Efesus.

Pada usia yang sangat tua, ia terus mengunjungi gereja-gereja di Asia. St Hieronimus menceritakan bahwa ketika usia dan kelemahannya semakin bertambah sehingga ia tidak lagi mampu berkhotbah kepada orang-orang, ia akan dipapah oleh murid-muridnya, dengan susah payah, dan setiap kali ia mengatakan kepada jemaatnya kata-kata ini: “Anak-anakku yang terkasih, kasihilah satu sama lain.”

Menurut St Epiphanus, Yohanes wafat dengan tenang di Efesus pada tahun ketiga pemerintahan Trajanus (seperti yang dapat dilihat dari sejarah Santo Eusebius); yaitu tahun ke seratus dari era Kristen, atau tahun ke enam puluh enam dari penyaliban Kristus; Yohanes saat itu berumur sembilan puluh empat tahun.

Pesta St Yohanes yang kita rayakan segera sesudah Natal secara liturgis menuntun kita lebih dekat ke palungan, mengajak kita untuk masuk lebih dalam menyelami misteri Inkarnasi dan kelahiran Putera Allah.

Hari ini kita mulai membaca suratnya yang pertama, yang akan kita renungkan sepanjang Masa Natal. Dalam suratnya, Yohanes mengkomunikasikan seorang Allah yang menjadi manusia. “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup. Itulah yang kami tuliskan kepada kamu,” (1 Yoh 1: 1). Apa yang disaksikan oleh Yohanes? Penglihatannya yang paling spektakuler dikisahkan dalam Injil hari ini.

Meski kita baru saja mulai dengan Oktaf Natal, perikope Injil hari ini sering kita baca pada masa Paskah. Yohanes, “murid yang terkasih” itu mengundang kita untuk mengkontemplasikan hidup Yesus dengan membayangkan kita sendiri sebagai murid terkasih-Nya. Seperti murid itu lari menuju kubur Yesus, kita diundang untuk mempunyai hasrat yang sama bagi kabar baik Tuhan.

Mungkin kita baru saja membuka hadiah-hadiah Natal, sambil bersyukur untuk HADIAH termulia, Bayi Kudus yang terbungkus kain lampin. Namun Injil hari ini menarik perhatian kita pada kain pembungkus yang berbeda, kain kafan yang membungkus tubuh Yesus. Murid terkasih itu percaya bukan karena melihat Yesus yang bangkit mulia, tetapi karena ia mengenali tanda-tanda kenangan kehadiran Tuhan, kain kafan yang mengingatkan Kasih yang tercurah dalam hidup dan wafat Yesus. Demikian juga kita, dalam hidup kita, kita tidak dapat melihat kehadiran Tuhan secara penuh. Kita hanya melihat tanda-tanda. Iman kitalah yang memungkinkan kita melihat kehadiran-Nya di balik tanda-tanda itu.

Dalam masa Natal ini barangkali kita sudah melakukan banyak amal, dengan murah hati berbagi dengan mereka yang berkebutuhan. Kita telah memberikan waktu kepada sahabat-sahabat dan orang-orang yang kita kasihi. Kita juga sudah melihat dan terlibat dalam kerja keras untuk keadilan dan rekonsiliasi, usaha untuk melayani dan memajukan mereka yang terpinggirkan, usaha-usaha memajukan perdamaian di sekitar kita sepanjang tahun ini. Inilah cara kita berbagi Sukacita Natal dengan orang-orang di sekitar kita. Itulah yang diingatkan oleh rasul Yohanes kepada kita: membagikan “yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup” – inilah yang perlu kita bagikan dan wartakan, baik dengan perkataan maupun hidup kita, kehadiran Allah dalam dan di sekitar kita.

Ya Allah, yang melalui Rasul Yohanes yang terberkati, Engkau telah membuka rahasia Firman-Mu kepada kami, kiranya, kami dapat menangkap dengan pemahaman yang tepat apa yang telah ia sampaikan dengan begitu mengagumkan kepada kami dan Kaumampukan kami untuk membagikannya kepada sesama. Amin.

Author

Write A Comment