Seorang muda bermimpi bahwa ia sedang berjalan masuk ke sebuah took. Para pelayan dalam toko tersebut adalah para malaikat. Maka ia bertanya kepada salah seorang malaikat itu, “Apa yang dijual di toko ini?” Malaikat itu menjawab: “Apa saja. Anda tinggal mengatakan apa yang ingin anda beli.”
Maka orang muda itu mulai mengatakan apa yang ingin dia beli, “Baiklah, saya ingin membeli berikut ini: pemerintahan yang bebas korupsi, akhir dari segala macam peperangan di dunia ini, kemakmuran bagi negara-negara yang terpinggirkan, perumahan bagi semua gelandangan, rejeki bagi para pengemis, eee…. “
Sebelum orang muda itu melanjutkan, malaikat itu memotong: “Maaf orang muda, anda tidak mengerti apa yang saya maksud. Kami tidak menjual buah-buah dan produk yang sudah jadi. Kami hanya menjual benih-benihnya.”
Yesus hari ini memberikan sebuah perumpamaan: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” (Luk 13: 18 – 21).
Kerajaan Allah bukanlah produk yang sudah jadi. Allah telah menaburnya dalam diri kita masing-masing. Ia mulai dari benih yang kecil, seringkali tersembunyi, bahkan melalui proses yang menyakitkan – seperti biji sesawi yang harus ditanam dalam tanah atau ragi yang harus melebur dalam adonan. Namun janganlah putus harapan karena kekecilannya, atau karena proses yang menyakitkan, melaui “kematian”, kegagalan, dan proses yang menyakitkan itu Kerajaan Allah bertumbuh. Barangkali kita tidak melihat atau menikmati hasilnya saat ini, tetapi kita boleh bersyukur dan berbangga bahwa kita sudah mengambil peran dalam menumbuhkannya.
Bacaan Misa hari ini: Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21