Kisah tentang orang yang bertanya kepada Yesus tentang bagaimana memperoleh hidup yang kekal terdapat dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas. Tetapi hanya Matius yang menyebutkan bahwa orang yang bertanya itu masih muda. Bahkan dua kali Matius menyebut: “orang muda itu….”
Orang muda biasanya banyak pertanyaan, antara lain pertanyaan tentang nilai dan idealisme dalam hidup. Bahkan pertanyaannya tentang idealisme bukan hanya menyangkut sukses saat ini dan di sini, bukan hanya menyangkut prospek bisnis, atau soal politik dan sosial, tetapi menyangkut hal yang sangat rohani: hidup kekal.
Pertanyaan orang muda ini mengundang kita untuk bermenung; perhatian mereka akan idealisme dan keutamaan membawa kita melampaui pandangan pragmatis belaka… Semoga kita, bersama orang-orang muda tetap semangat mengejar cita-cita, bukan hanya bagi kehidupan yang fana, tetapi juga untuk kehidupan kekal. Semoga idealisme kita juga mencakup soal spiritualitas!
Namun ada sisi lain yang ditunjuk oleh Matius dengan mengatakan: orang muda itu… Yaitu sikap belum dewasa, belum matang, dengan penilaian yang sempit.
Apa tandanya belum dewasa? Pertama, terlalu bangga tentang apa yang dilakukan. Ketika ia diminta untuk menuruti segala perintah Allah, ia berkata: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” (Mat 19: 20). Kita acap kali terlalu cepat merasa puas dengan apa yang kita lakukan.
Hal kedua yang menjadi tanda bahwa orang muda yang kaya itu belum dewasa adalah ia hanya melihat tindakan menjual harta miliknya itu sebagai suatu pengorbanan. Sebagai sesuatu yang menyakitkan. Tanda belum dewasa adalah ketika seorang anak menangis ketika ia harus merelakan mainannya…. Orang Kristen yang dewasa memandang tindakan “melepaskan” atau “merelakan” sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan Kristus. Seorang Kristen yang dewasa memandang tindakan melepaskan harta milik itu bukan sebagai pengorbanan, tetapi sebagai kesempatan mengikuti Kristus secara lebih penuh.
Sudah dewasakah kita? Tanda kedewasaan antara lain adalah kesadaran bahwa kita belum sempurna…. Semoga kita juga dapat meneladan St. Bernardus yang mengatakan: “Ukuran dari kasih adalah mengasihi tanpa ukuran….” Kasih, usaha mengikuti Yesus, tidak untuk ditakar-takar dengan ukuran tertentu. Total, meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Dia.
Selamat pagi. Selamat memasuki pekan yang baru.
Bacaan hari ini: Yeh. 24:15-24; Mat. 19:16-22.