Sabda Hidup
Kamis, 16 Juni 2022, Kamis dalam Pekan Biasa XI
Bacaan: Sir. 48:1-14; Mzm. 97:1-2,3-4,5-6,7; Mat. 6:7-15.
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; an janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”
(Mat 6: 7 – 13)
Doa “Bapa Kami” dapat diartikan sebagai penjabaran tentang perintah utama Tuhan, yakni Perintah Kasih.
Landasan terdalam dari perintah kasih yakni bahwa kita adalah ANAK-ANAK ALLAH; kita diperintahkan untuk mengasihi karena kita adalah anak-anak Allah yang adalah kasih. Dengan demikian, kita sebenarnya diperintahkan untuk berperilaku sesuai dengan kodrat kita.
Bagian pertama dari “Bapa Kami” berbicara tentang kasih kita kepada Allah. Ketiga permohonan pertama sesuai dengan tiga perintah pertama dari 10 Perintah Allah. Tuhan pantas mendapatkan totalitas. Dedikasi total kehidupan Yesus terhadap kehendak Bapa-Nya adalah penjelasan yang paling nyata dari bagian pertama dari Doa Bapa Kami.
Bagian kedua dari “Bapa Kami” menyangkut kasih seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain – bagian kedua dari Perintah Utama. Permohonan itu menyangkut kebutuhan dasar kehidupan manusia.
Pada level pertama yakni kehidupan fisik, kita memohon untuk diri kita dan untuk seluruh umat manusia makanan kita sehari-hari. Pada level kedua (psikososial), kita memohon hubungan baik (pengampunan). Pada level ketiga kehidupan (spiritual), kita memohon dibebaskan dari yang jahat, agar kita tidak pernah terpisah dari Tuhan.
Permohonan ini juga mengingatkan kita bagaimana cara saling mengasihi – untuk memperhatikan sesama kita pada tingkat fisik (untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka), pada tingkat psikososial (untuk bekerja demi martabat semua orang, untuk saling mengasihi dan memperhatikan); pada tingkat spiritual (untuk membawa sesama kepada Bapa surgawi kita).
Akhirnya, apa yang dikatakan oleh seorang penulis ini patut menjadi permenungan kita:
“Anda tidak dapat berdoa Bapa Kami dan ketika sekali saja berkata “Saya”.
Anda tidak dapat berdoa Bapa kami jika tidak berdoa untuk orang lain.
Sebab saat anda memohon rejeki sehari-hari, anda harus menyertakan sesama anda.
Sebab sesama disertakan dalam setiap permohonan:
dari awal sampai akhir doa itu, tak pernah sekalipun anda berkata “saya.”