Sabda Hidup
Jumat 5 Februari 2021, Peringatan St. Agata, Perawan dan Martir
“Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.”
(Mrk 6: 17 – 20).
Injil hari ini memberi gambaran dua pribadi yang bertolak belakang. St. Markus seakan membandingkan keduanya. Di satu sisi, St. Yohanes Pembaptis, pribadi yang kuat, patut dikagumi dan kredibel. Ia tidak takut mengatakan kebenaran. Ia berbicara jujur, berani, tidak takut akan konsekuensi hal yang benar yang ia lakukan. Sungguh, kepalanya dipancung karena ia tidak takut mengatakan kebenaran bahwa Herodes hidup secara amoral. Ia dengan jujur berkata kepada Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”
Di satu sisi, Herodes, seorang pribadi yang lemah, tak punya pendirian, selalu terombang-ambing. Orang Philippines menyebutnya “balimbing”, sebab seperti buah belimbing punya banyak sudut, pendiriannya tidak jelas. Reaksinya kepada orang-orang dan kejadian yang berbeda-beda menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang tidak stabil dan tidak pasti. Ketika ia dikritik oleh Yohanes pembaptis atas hidupnya yang amoral ia marah terhadap Yohanes. Tetapi ia juga senang mendengarkan Yohanes dan segan kepadanya karena ia tahu bahwa Yohanes adalah seorang yang benar dan suci.
Saat ini ada banyak herodes-herodes, dan mungkin termasuk diri kita sendiri. Acap kali prinsip-prinsp moral dan kristiani kita kompromikan dengan macam-macam alasan. Kita tahu bahwa sebagai orang-orang Kristiani kita harus berdiri tegak demi Kristus dan Injil-Nya. Tetapi sering kali kita takut akan harga yang harus kita bayar: kita mungkin akan kehilangan sahabat, teman, khawatir usaha kita mati ketika kita berpegang pada nilai-nilai manusiawi dan Kristiani.
Orang kudus yang kita peringati hari ini, St. Agata, telah memberikan teladan kepada kita bagaimana berpegang teguh pada janjinya kepada Kristus. Ia menderita sebagai seorang Martir pada masa pemerintahan kaisar Decius (249 – 251). Penderitaan itu berawal dari peristiwa penolakannya terhadap lamaran Quintianus, seorang pegawai tinggi kerjaan Romawi. Ia menolak lamaran itu karena ia telah berjanji untuk tetap hidup suci di hadapan Tuhan. Akibatnya ia di tangkap dan dipenjarakan dengan maksud untuk mencemari kesuciannya. Semua usaha picik itu sia-sia belaka. Dengan bantuan rahmat Tuhan, Agata tetap menunjukkan dirinya sebagai mempelai Kristus yang teguh dan suci murni. Quintianus semakin berang dan terus menyiksa Agata hingga mati. Agata menghadapi ajalnya dengan perkasa dan menerima mahkota keperawanan dan kemartirannya pada tahun 250.
Semoga kita seperti Yohanes Pembaptis dan St. Agata, berani berpegang pada yang baik, adil dan benar, apapun risikonya.
Bacaan misa hari ini: Ibr. 13:1-8; Mzm. 27:1,3,5,8b-9abc; Mrk. 6:14-29