Sabda Hidup
Minggu, 19 Juli 2020, Minggu Biasa XVI
“Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
(Mat 13: 30)
Doa Si Mando
Di sebuah kota ada sebuah gereja yang juga jadi tempat ziarah. Di situ terdapat salib Yesus yang ukurannya sangat besar…. corpusnya sebesar manusia sungguhan. Orang sering berdoa di bawah salib itu, memegang-megang, mengelus-elus kaki Yesus sampai gumpil.
Suatu hari seorang anak laki-laki, namanya Armando berdoa di bawah salib itu. Armando ini adalah seorang pencopet. Lho pencopet koq katolik? Ada banyaak….. dari yang kelas teri sampai kelas ikan paus ada banyaaaak…..
Nah, si Armando ini berdoa begini: “Tuhan Yesus, aku bersyukur kepada-Mu karena aku Kauberi tangan yang cekatan…. hari dapat lumayan nih….” Belum selesai dia berdoa, dia dengar suara: “Mando…. Mando… bersyukurlah!” Kaget si Armando. Dia tengok kiri, kanan, tidak ada orang… Mau tanya Tuhan Yesus, masa patung bisa bicara….. Maka pergilah dia…
Keesokan harinya, Armando datang lagi ke bawah salib Yesus itu dan berdoa: “Tuhan Yesus, aku bersyukur kepadaMu karena aku Kauberi kaki yang kuat…. Tadi saya nyopet di bus, polisi kejar saya dan hampir tertangkap… tapi karena aku Kauberi kaki yang kuat, aku bisa lompat dan lari sekuat tenaga…dan….” Belum selesai dia bicara, dia dengar suara lagi: “Mando… Mando… bersyukurlah….” Armando terkejut, tapi dia masih enggan bertanya kepada patung Yesus yang tersalib di depannya…. maka pulanglah dia…
Eh hari berikut dia datang berdoa lagi di bawah kaki salib besar itu. Dia berdoa: “Tuhan Yesus, sudah lama sekali saya ingin sekali punya hape…. Ini tadi saya copet Pastor Paroki punya hape… Android mahal punya ini….” Sekali lagi belum selesai dia bicara, dia dengar suara: “Mando…Mando bersyukurlah….” Dia tengok kiri, kanan, tidak ada orang… maka kali ini dia beranikan diri bertanya kepada Yesus yang tersalib di depannya itu: “Tuhan, Engkaukah yang berbicara?” Dan terdengar jawaban: “Benar Mando, Aku ini yang berbicara.” Kaget si Armando, sampai gemetar… Lalu dia dengar Yesus berbicara: “Kamu itu harus bersyukur! Bersyukur bahwa kaki-Ku ini terpaku pada salib. Kalau tidak saya sudah sepak kau dari kemarin-kemarin!”
Hehehehe…. cerita mop saja…. Tetapi…. jangan-jangan ketika kita berdoa di hadapan Yesus, Ia akan berkata yang sama! Mengapa? Karena kita mengaku Katolik, masih saja tetap curi, masih saja tetap korupsi, masih saja tipu sana tipu sini, masih saja minum mabok dan bikin kacau, masih saja pelihara hubungan yang tidak baik…. Akan tetapi apakah Yesus benar-benar akan sepak saya? Akan sepak kita? Pasti tidak!
Rancangan-Ku bukan Rancangamu
Hari ini kita dengarkan perumpamaan tentang lalang di ladang gandum. “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.” Lalu para pekerja ladang gandum itu datang kepada tuan yang empunya ladang itu dan bilang: “Tuan, saya cabut saja rumput lalang itu ya….!” Tetapi Tuan itu berkata: “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
Kita mungkin berpikir, jadi petani koq gitu? Rumput dibiarkan tumbuh bersama dengan gandum! Kalau kita tabur benih dan gulma juga tumbuh bersama, tentu kita cabut. Dalam kehidupan kita pun bertanya-tanya… Tuhan, kenapa sih orang-orang jahat dibiarkan hidup? Lebih sukses lagi. Sedangkan kita-kita ini yang rajin misa, rajin berdoa, rajin beramal, hidup sengsara terus! Itu yang jahat-jahat kenapa tidak kena corona saja!?
Ada beberapa poin yang dapat kita renungkan bersama. Pertama, Tuhan bukanlah sumber kejahatan. Tuhan itu amat baik. Tuhan selalu baik! Dan sepanjang waktu Tuhan itu baik! Dalam perumpamaan Injil tadi, benih yang ditaburkan oleh pemilik ladang gandum adalah “baik”. “Musuh” (Iblis) adalah sumbernya. Dan iblis, terus menyebarkan kebohongan, tipu daya dan kebingungan di dunia. Ada kejahatan yang datang darinnya, tetapi banyak juga yang dilakukan oleh para pengabdi kegelapan dan para pengikutnya. Marilah kita berhati-hati agar kita tidak menjadi salah satu dari mereka yang menyebarkan kejahatan di sekitar kita.
Kedua, Tuhan sungguh bersabar. Dia tidak menginginkan kematian orang berdosa tetapi pertobatan mereka. Mungkin kita bisa bilang: “Hidup ini sangat tidak adil!” Tetapi marilah kita ingat bahwa pikiran Allah berbeda dari pikiran manusia. Standar-Nya berbeda dari standar kita. “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” (Yes 55:8). Dia mencintai kita secara berbeda! Itulah sebabnya Tuhan, juga menginginkan kita mempunyai kesabaran yang sama. “Bersabarlah karena Tuhan bersabar denganmu!” Tuhan sabar karena Dia adalah kasih! Orang yang benar-benar mengasihi harus sabar, memahami kekurangan orang lain dan selalu bersedia memaafkan mereka yang melakukan kesalahan. Coba bayangkan kalau Tuhan tidak bersabar dengan Petrus yang menyangkal-Nya! Atau Ia tidak sabar dengan Saulus yang setelah bertobat menjadi Paulus!
Ketiga, kita, manusia juga dapat menyebabkan kejahatan beranak-pinak di dunia. Kejahatan, dapat datang dari hati setiap orang karena penyalahgunaan kebebasannya. Kebebasan itu tidak berarti bahwa kita dapat melakukan apa saja yang kita inginkan. Kita masih harus mempertimbangkan tindakan kita demi kebaikan orang lain dan diri kita sendiri, dengan memilah-milah tindakan dan keputusan yang kita buat setiap hari. Bahkan, martabat kita sebagai “anak Allah” tidak menghilangkan kemungkinan kita untuk melakukan kejahatan. Yang baik dan yang buruk masih berjuang dalam diri kita. Kabar baiknya, Tuhan senantiasa memberi kesempatan kepada kita. Ia yang “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5: 45) memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang. Hidup ini adalah kesempatan! Harus jadi berkat, jangan jadi jahat! Jadi gandum dan bukan lalang!
Jadi, apakah saya ini gandum atau lalang? Apakah saya bertahan dalam cara hidup jahat tanpa menyadari bahwa akan ada pertanggungjawaban pada Hari Penghakiman?
2 Comments
Terima kasih cerita ini sangat menyetuh iman.
Itulah manusia bisa berbuat dengan di luar dari kesadaran yang hanya mencari singkatnya saja tapi tidak memandang iman setelah apa yang di dapat baru mensyukuri kalau masih punya iman dan Tuhan.
Tapi dengan ini apakah Tuhan akan mengampuni dosa yang telah di perbuat ?
Cinta dan kerahiman Tuhan jauh melebihi dosa-dosa kita. Selalu ada kesempatan untuk bertobat.