Sabda Hidup
Sabtu, 19 September 2020, Sabtu Pekan Biasa XXIV
“Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya.”
(Luk 8: 5).
Seorang ibu pergi ke toko untuk membeli bermacam-macam kebutuhan. Ia terkejut ketika ia melihat Yesus di meja kasir. Ia bercakap-cakap dengan-Nya.
Ia berkata kepada Yesus: “Ah… saya baru tahu kalau Tuhan punya toko.”
Yesus menjawab: “Ya, dan Aku dapat memberi apa saja yang kamu inginkan.”
“Kalau begitu beri saya damai, sukacita dan persatuan semua orang di dunia,” jawab ibu itu.
Yesus menjawab: “Tunggu sebentar, kami tidak menjual buah…kami hanya menjual benih.”
Tuhan “menjual” benih. Ia “menjual” benih-benih damai, sukacita dan persatuan kepada kita. Benih sukacita adalah pengampunan. Jika kita belajar untuk mengampuni, mengasihi musuh, melupakan dendam, maka benih damai dan sukacita akan bertumbuh dan kita akan memetik buah-buah yang kita pinta kepada-Nya.
Mari kita lihat ke dalam diri kita, apakah kita siap untuk menabur benih-benih itu. Sering kali kita hanya menginginkan buah-buahnya, tetapi tidak siap untuk bekerja agar benih-benih itu bertumbuh dan menghasilkan buah. Kita dapat memohon damai, sukacita, dan persatuan kepada Tuhan. Tetapi, pertama-tama, kita harus siap untuk menerima benih dari Tuhan, menabur, memelihara pertumbuhannya bersama-Nya, baru kita dapat menghasilkan buah berlimpah.
Bacaan Misa hari ini: 1Kor. 15:35-37,42-49; Mzm. 56:10,11-12,13-14; Luk. 8:4-15.