“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12: 49).
Lho koq “melemparkan api?” Mau bikin kabut asap?
Api sering melambangkan kehadiran Tuhan. Misalnya dikatakan: “Allah adalah api yang membakar.” Allah menampakkan diri kepada Musa dalam semak-semak yang terbakar, dan menyertai perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir dalam tiang api. Api juga menjadi simbol Allah yang membersihkan, memurnikan dan mengubah seseorang menjadi lebih sempurna. Contoh yang paling baik tentu saja peristiwa Pentekosta, Roh Kudus turun atas para rasul dalam lidah-lidah api. Para rasul yang terkurung dalam ketakutan diubah menjadi pewarta Kabar Gembira yang berkobar-kobar.
Jika Yesus ingin melemparkan api ke bumi ini, Ia ingin mengubah kita dari pribadi-pribadi yang pasif, dingin, yang hanya menjadi penonton, menjadi orang-orang Kristiani yang aktif dan berkomitmen, yang sungguh-sungguh ingin mengikuti Dia, menjadi seperti Dia. Ia juga ingin mengubah kita sehingga hidup kita menjadi sarana kebaikan dan belas-kasih-Nya.
Semoga kita sehati dan sepikiran dengan Yesus, mempunyai tangan yang bekerja seperti tangan-Nya, mempunyai mata yang melihat seperti Dia, mempunyai mulut yang berbicara seperti Dia, sungguh-sungguh hidup seperti Dia. Semoga hidup kita dinyalakan oleh api cinta-Nya.
Bacaan Misa hari ini: Rm. 6:19-23; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 12:49-53