Remah Harian

APABILA KITA TIDAK MENGAMPUNI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 12 Agustus 2021, Kamis Pekan Biasa XIX

“Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

(Mat 18: 21 – 22)

Ada sedikit kontradiksi yang menarik dalam narasi Injil hari ini. Tuhan mengajar tentang pengampunan, tetapi di akhir perumpamaan yang disampaikan-Nya, orang yang tak tahu diuntung itu diserahkan kepada algojo-algojo…. Tentu supaya disiksa…sampai melunasi hutang-hutangnya. Penyiksaan, tentu saja bukanlah pengampunan.

Barangkali memang tepatlah apa yang dikisahkan oleh Yesus. Sebab kalau kita tidak mengampuni, kita sendiri merasa tersiksa. Tetapi siksaan itu tidak berasal dari Tuhan.

Ketika kita tidak mau mengampuni, siksaan itu juga tidak diberasal dari imam yang mendengarkan pengakuan kita. Ketika kita tidak mengampuni, siksaan itu datang kepada dan dari kita sendiri. Kita menghukum diri kita sendiri. Kita sendiri membuang damai dan sukacita kita.

Orang-orang Kristiani yang menolak untuk mengampuni, yang menaruh dendam dalam hati mereka, memelihara kepahitan dalam diri mereka sendiri, menyiksa, menghukum, dan memusnahkan banyak berkat bagi diri mereka sendiri. Ketika kita tidak mengampuni, kita menjadi mudah tersinggung, bersungut-sungut, muka berkerut. Ketika kita tidak mau mengampuni, kita tidak bisa tidur….

Beberapa tahun lalu, sebuah mikrolet menabrak kami dari belakang. Saya marah. Lebih marah dari pak sopir yang mengemudikan mobil kami. Saya marah dan menuntut sopir mikrolet itu membayar kerusakan yang terjadi, menimpakan semua kesalahan kepada sopir mikrolet tersebut. Sopir mikrolet itu memohon-mohon, menerangkan bahwa ia masih baru. Saya tidak mau dengar. Saya tidak mau tahu! Sampai ia katakan bahwa dengan itu ia dapat kehilangan pekerjaan, ia tidak dapat memberi nafkah bagi keluarganya, bagi anak-anaknya yang masih kecil-kecil… Lalu saya terdiam sejenak. Kemudian berkata, “Baiklah.” Kemudian kami berpisah…

Jika saya berkeras hati menolak untuk mengampuni sopir mikrolet itu, mungkin hingga saat ini pun hati saya masih menyimpan dendam. Tetapi syukur kepada Tuhan yang telah menggerakkan hati saya dengan Roh-Nya, untuk mengampuni. Sehingga ada damai dalam hati. Ada sukacita dan saya berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan Allah.

Ketika anda tidak mengampuni, siksaan datang kepada anda dan siksaan itu tidak berasal dari Tuhan. Siksaan itu datang dari hati anda sendiri. Anda menghukum anda sendiri. Anda sendiri membuang kedamaian anda.

Kita semua mengalami bahwa kita sulit mengampuni orang-orang tertentu. Dalam hati kita ada orang-orang yang melukai kita. Mari kita berdoa bagi mereka, berdoa bagi kita sendiri; agar hati kita penuh pengampunan seperti Hati Yesus.

Bacaan hari ini: Yos. 3:7-10a,11,13-17; Mzm. 114:1-2,3-4,5-6; Mat. 18:21-19:1.

Author

Write A Comment