Remah Harian

ALLAH YANG HIDUP

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 20 November 2021, Sabtu Pekan Biasa XXXIII
Bacaan: 1Mak. 6:1-13; Mzm. 9:2-3,4,6,16b,19; Luk 20:27-40

“Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”

(Luk 20: 38)

Orang bilang, ada udang di balik batu. Ada “sesuatu” di balik ketidakpercayaan orang Saduki terhadap kebangkitan. Pada masa Yesus, para Saduki adalah kelompok eksklusif yang terdiri dari orang-orang elit dan terkemuka dalam masyarakat Yahudi: orang-orang kaya, para bangsawan dan para imam. Maka mereka hidup seperti “sapi-sapi gemuk” yang hidup enak dan mewah. Mereka hidup serba kecukupan, tak ada kebutuhan-kebutuhan lain lagi. Jika mereka hidup seperti itu, untuk apa memikirkan kebangkitan? Orientasi hidup mereka adalah duniawi dan serba materi. Ketika orang-orang Saduki mengangkat soal tentang nasib orang yang pernah kawin beberapa kali jika nanti ada kebangkitan, Tuhan Yesus menegaskan bahwa persoalan kawin dan mengawinkan hanya terjadi dalam hidup di dunia yang serba sementara ini. 

Tanggapan Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Saduki ini mengajak kita untuk menghayati iman dengan sungguh-sungguh. Beriman berarti percaya pada Allah yang hidup dan berkarya terus-menerus tanpa kenal batas ruang dan waktu. Dengan kata lain di mana pun dan kapan pun kita senantiasa ada di dalam perlindungan dan penyertaan Allah. Singkatnya, Allah kita adalah Allah orang hidup dan orang mati, Allah kekal yang juga dapat mengekalkan hidup kita.

Mengapa kita perlu hidup baik? Mengapa perlu menyisihkan waktu untuk berdoa dan beribadah? Karena hidup kita amat berharga. Makna dan tujuan hidup kita jauh melampaui pemikiran kita. Kepenuhannya bukan di dunia ini tetapi pada hidup yang akan datang.

Semoga kita tidak hanya memikirkan apa yang dihadapi sekarang ini tetapi juga hidup di kemudian hari. Maka perlu untuk menjadikan hidup kita layak di hadapan-Nya melalui perbuatan-perbuatan baik kita.

Author

Write A Comment