Remah Harian

ALL IN

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat 21 Agustus 2020, Peringatan St. Pius X

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” (Mat 22: 37 – 39).

Ketika ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”. Yesus mengutip kitab Ulangan 6: 5: “Kasihilah  TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Ini sangat familiar bagi orang-orang Yahudi. Perintah itu selalu diulang dalam doa berkali-kali dalam sehari bahkan ditulis di tiang pintu atau ditempelkan di kening. Yesus sendiri mengatakan, itulah hukum yang terutama dan utama. Menjadi peringatan bagi kita untuk menempatkan Tuhan sebagai yang pertama dalam hidup kita. Dialah pencipta kita. Apa saja yang ada pada kita adalah anugerah-Nya. Menempatkan Dia sebagai yang pertama berarti memberikan yang terbaik dari hidup kita dari hari ke hari bagi-Nya dan berusaha menghidupi kehendak-Nya.

Dan Yesus tidak hanya menyebut bahwa itu adalah hukum yang terutama. Ia juga mengatakan “dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Apa maknanya bagi kita? Amat mudah menghafal dan mengatakan hal itu. Tetapi ketika sampai pada tindakan, tidaklah mudah. Apakah saya sungguh mengasihi Allah “all in” dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan? Apakah saya memeprcayakan diri saya kepada-Nya “all in”?

Dan yang kedua, Yesus mengutip Imamat 19: 18: “Kasihilah sesamamu manusia  seperti dirimu sendiri.” Dua perintah itu tidak terpisahkan dan tak dapat dipenuhi dengan mengabaikan salah satunya. Tak ada kasih kepada Allah tanpa mengasihi sesama. Tak ada kasih kepada sesama tanpa kasih kepada Allah. Mengasihi sesama berarti menempatkan sesama lebih dahulu daripada diri kita sendiri.

Mungkin mengasihi Allah tidaklah sulit. Kesulitan timbul ketika kekeringan hidup dan masalah datang, yang membuat kita sulit untuk berdoa. Bagi kita juga tidak sulit mengasihi sesama dalam kondisi yang normal. Tetapi ketika sesama menyakiti kita, mengecewakan kita, tidak memenuhi harapan kita, tidak tahu berterima-kasih, maka sulit bagi kita mengasihi mereka sebagai sesama kita.

Tuhan tidak mengatakan kepada kita, untuk mengasihi sesama hanya ketika mereka populer, ganteng, cantik, baik….. Dia hanya memberikan perintah: “Kasihilah sesamamu manusia  seperti dirimu sendiri.” Berarti kita juga mengasihi sesama ketika mereka sakit, problematik, ketika mereka menjadi beban untuk kita……

Satu catatan lagi: ketika Yesus mengutip Perjanjian lama Ia mengatakan: “Kasihilah sesamamu manusia  seperti dirimu sendiri.” Tetapi ketika Ia sendiri mengatakannya, Ia bersabda: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu,” (Yoh 15: 12). Ada beda yang sangat besar… mengasihi sesama seperti diri sendiri dan mengasihi sesama seperti Yesus mengasihi kita!

A bell is not bell till you ring it.
A song is no song till you sing it.
The love in your heart was not put there to stay.
Love is not till you give it away….

Sebuah lonceng bukan lonceng kalau tidak dibunyikan.
Sebuah lagu bukanlah lagu kalau tidak dinyanyikan.
Kasih dalam hatimu ditempatkan di sana bukan untuk tetap tinggal di sana.
Kasih bukanlah kasih hingga engkau memberikannya….

Bacaan Misa hari ini:Yeh. 37:1-14Mzm. 107:2-3,4-5,6-7,8-9Mat. 22:34-40

Author

Write A Comment