Remah Harian

Aku Yunus

Pinterest LinkedIn Tumblr

Dalam hidup, kita sering hanya menginginkan kehendak kita yang terjadi. Jika tidak, maka yang timbul adalah kekecewaan dan kemarahan. Itulah yang terjadi pada Yunus. Ia keras kepala, berpusat pada diri sendiri dan salah jalan. Mengapa demikian? Karena ia ingin melakukan kehendak sendiri dan bukan kehendak Allah. Ketika ia diminta untuk berbubuat kepada orang-orang Niniwe, ia menolak. Ia melarikan diri dari panggilan Allah. Ketika segala sesuatu tidak sesuai dengan keinginannya, ia marah.

Ia juga bersikap ekslusif dan nasionalistis, percaya bahwa keselamatan hanya untuk orang-orang Yahudi. Ia berpikir bahwa Allah hanya mengasihi dan menyelamatkan Israel. Selain dari itu, ditakdirkan untuk binasa. Ia gagal untuk memahami, bahwa Israel dipilih Allah untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain. Keselamatan dimaksudkan untuk semua. “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya,” katanya (Yun 4: 2).

Dalam hati Yunus, hanya ada kebencian dan tiada pengampunan. Ia pikir, seperti kita juga berpikir, bahwa orang lain layak untuk menerima murka Allah. Lebih baik mereka itu dilenyapkan dari muka bumi, pikirnya. Ketika orang bertobat karena pewartaannya, bukannya bersukacita, ia justru marah. Ia marah karena nubuatnya tidak terwujud. Sangat memalukan baginya, karena peringatan kehancuran yang datang dari Allah tidak terjadi. Egonya terluka.

Bukankah kita juga sering berperilaku seperti Yunus? Kita menginginkan segala sesuatu tejadi sesuai dengan keinginan kita. Semua orang harus setuju dengan pendapat dan rencana kita. Bahkan Allah pun harus setuju dengan keinginan kita.

Apa yang diajarkan oleh Yesus dalam doa yang diberikannya, persis kebalikan dari semua itu. Ia mengajak kita untuk menyapa Allah sebagai Bapa, Bapa bagi semua anak-anak-Nya. Ia mengajak kita berdoa agar kerajaan-Nya datang, kerajaan kasih, damai dan persatuan, dalam hidup kita saat ini dan di saat yang akan datang. Itu semua terjadi saat kita melakukan kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Ia mengundang kita menghidupi kejujuran, integritas, dan belas kasih. Kita percaya akan penyelenggaraanya ketika kita memohon rejeki kita sehari-hari. Dan lebih dari itu, ia mengundang kita untuk mengampuni. “Ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami.” (Luk 11:4).

Bacaan hari ini: Yun. 4:1-11Luk. 11:1-4

Author

Write A Comment