Sabda Hidup
Jumat, 26 Juni 2020, Jumat Pekan Biasa XII
“Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.” [Mat 8: 2 -3]
Kusta atau adalah penyakit yang ditakuti di dunia kuno karena tidak dapat disembuhkan dan sangat menular. Bahkan banyak penyakit kulit dan infeksi seperti kurap juga dianggap kusta. Hukum Yahudi melarang untuk menyentuh orang kusta (Im 5: 3). Orang yang menderita kusta harus dikarantina dari masyarakat: “Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya,” (Im 13: 45s). Selain itu, hukum tersebut menetapkan lebih jauh bahwa seorang penderita kusta harus menjaga jarak dua meter dari orang lain, dan jika orang lain dapat tertiup angin dari penderita kusta, jaraknya harus lima puluh meter.
Pada saat itu tidak ada penderita kusta yang berani mendekati seorang rabbi. Tetapi karena iman dan kepercayaannya penderita kusta dalam Injil hari ini mendekati Yesus. Dia berseru: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”(Mat 8: 2). Dan Yesus menyembuhkannya dengan menyentuhnya. Menyentuh penderita kusta dipandang dengan penuh ketakutan dan kebencian oleh otoritas medis dan agama pada zaman Yesus. Tapi sentuhan Yesus ini menyembuhkan penyakit si kusta dan juga menyembuhkannya dari keterasingan, kesepian, keputusasaan dan keyakinannya bahwa dia dikutuk. Di mata hukum mereka telah beralih tempat: penderita kusta menjadi bersih dan Yesus menjadi najis.
Dosa, yang merupakan “penyakit” jiwa, seringkali disamakan dengan kusta. Sadarkah bahwa kita semua adalah penderita kusta dan perlu disembuhkan oleh Kristus. Tak satu pun dari kita tanpa dosa. Dosa adalah penyakit yang mengerikan. Dosa mempengaruhi jiwa kita seperti kusta mempengaruhi tubuh kita. Tanpa Yesus, dosa juga tidak dapat disembuhkan karena kita tidak dapat memaafkan diri kita sendiri entah seberapa besar penyesalan kita. Jika kita ditinggalkan sendirian, kita akan beralih dari satu dosa ke dosa lain. Karena itu Yesus mati di kayu salib bagi kita.
Orang kusta disembuhkan saat Yesus menyentuhnya. Dengan cara yang sama, Tuhan menyentuh hidup kita dengan berbagai cara. Tuhan menyentuh kehidupan kita sehari-hari dan tinggal bagaimana kita menanggapinya dengan tepat. Saat kita menanggapi sentuhan Tuhan dalam hidup kita, kita disembuhkan, harapan kita dipulihkan, dan beban kita diangkat, sehingga kita dapat berdiri tegak dan menemukan kehidupan baru di dalam Kristus. Kita semua membutuhkan penyembuhan – fisik, emosional, mental dan spiritual. Kapan terakhir kali anda ke dokter? Dan kapan terakhir kali anda menerima sakramen pengampunan?
Bacaan Misa hari ini: 2Raj. 25:1-12; Mzm. 137:1-2,3,4-5,6; Mat. 8:1-4.