Inspirasi

ADVENT: BELAJAR MENANTI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Seorang penulis rohani, Carlo Carretto, tinggal selama beberapa tahun sebagai pertapa di gurun Sahara. Ia menulis beberapa buku dari dunia sunyi itu, termasuk salah satu yang berjudul, “Letters from Desert”. Dalam buku itu ia mengirim pesan bagi kita yang hidup dalam kesibukan dunia ramai. Ia menulis, “Apa yang Tuhan ingin katakan kepada kita yang tenggelam dalam kesibukan? Ia menginginkan kita demikian:

Bersabarlah!
Belajarlah menanti – satu terhadap yang lain,
Menantikan kasih, kebahagiaan, menantikan Tuhan!

Belajar menanti! Sesuatu yang tidak gampang dan banyak masalah hidup kita lahir dari sana. Sering kali kita tidak menanti dengan benar.

Seorang penulis yang lain, Annie Dillard, membagikan pengalamannya tentang menanti. Ia sedang menyaksikan seekor kupu-kupu muncul dari sebuah kepompong. Ia begitu terpesona dengan prosesnya, tetapi tiba pada suatu titik bahwa ia tidak sabar lagi menanti begitu lama. Maka ia memutuskan untuk mempercepat prosesnya. Ia mengambil sebuah lilin, menyalakannya dan memanaskan kepompong itu dengan sangat hati-hati.

Percobaannya berhasil! Tetapi sebuah kesalahan telah dibuatnya.Kupu-kupu keluar dari kepompong lebih cepat, tetapi panas yang ditambahkan telah merusak sesuatu dalam proses alami. Maka kupu-kupu itu lahir dengan sayap yang terlalu lemah dan tak mampu terbang. Ketergesaan dan kelahiran prematur telah membuat proses alami itu cacat. Ada banyak hal yang tak dapat dipercepat. Bersabarlah!

Dillard segera tahu apa yang salah. Kesucian telah dilanggar. Ketidaksabaran telah memicu ketidaksopanan yang mengganggu dan merusak tatanan alam. Intinya, kado Natal dibuka terlalu dini; pengantin wanita telah ditiduri sebelum pernikahan; sebuah proses yang membutuhkan kurun waktu yang ditentukan telah dipersingkat. Tak ada penantian yang cukup dan pantas.

Advent berarti menanti. Antara lain, advent merayakan Sang Mesias yang lahir dari seorang perawan. Mengapa? Apakah seks tidak pantas bagi Allah? Jika Yesus lahir secara alami seperti manusia lainnya, apakah kemudian mengurangi kemuliaan-Nya? Kelahiran Yesus tidak ada hubungannya dengan hal itu.

Penekanan Kitab Suci dan tradisi Kristiani bahwa Yesus lahir dari seorang perawan menggarisbawahi fakta bahwa ia tidak mempunyai ayah insani dan juga untuk mengajarkan suatu kebenaran penting, bahwa untuk sesuatu yang Agung dilahirkan, harus ada kesucian yang benar, penantian yang benar, masa Advent.

Mengapa?

Jawabannya terletak pada pengertian yang benar tentang kemurnian. Kemurnian, pertama-tama, tak ada hubungannya dengan seks. Kemurnian berhubungan dengan bagaimana kita mengalami realiatas secara umum, semua pengalaman. Murni berarti mempunyai hormat yang pantas – terhadap Allah, terhadap satu sama lain, terhadap alam, terhadap diri kita sendiri, dan terhadap realitas pada umumnya.

Melanggar kemurnian itu tidak sopan, dalam bidang hidup apa saja, termasuk seks. Dan rasa hormat dan penghargaan memerlukan penantian yang benar. Kita dapat melihat hal ini pada kebalikannya: pelecehan terhadap kemurnian, tidak sopan, tidak sabar, egois, tak punya perasaan, tidak dewasa, sembrono, atau tidak sopan dengan cara apa pun sehingga tindakan kita menghilangkan keunikan, martabat, dan nilai orang lain sepenuhnya. Dan kita melakukan ini setiap kali kita mengambil jalan pintas.

Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa analogi utama untuk kesucian adalah penghormatan yang tepat dalam kehidupan seksual. Seks, karena sangat mempengaruhi jiwa, berbicara paling lantang tentang kesucian atau kekurangannya. Seks hanya suci jika tidak dilanggar dengan ketidaksabaran, keegoisan, atau kurangnya rasa hormat. Sayangnya, karena seks itu sangat kuat, hal-hal ini sering kali dilanggar dengan jalan pintas. Kita melanggar kesucian kehidupan seksual setiap kali ada sikap tidak dewasa, tekanan yang tidak adil, manipulasi halus, kekerasan, menerima tanpa memberi, menunjukkan intimitas yang tidak pada tempatnya, kurang menghormati komitmen sebelumnya, mengabaikan hubungan keluarga dan komunitas yang lebih luas, atau kegagalan untuk menghargai kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang.

Pengalaman dengan kepompong di atas dengan jelas menggambarkannya: ada pelanggaran terhadap kemurnian ketika kita memanaskan kepompong dengan lilin sehingga memacu proses yang tidak alami.

Kemurnian adalah menanti dengan benar dan menanti mengandaikan kesabaran dalam menanggung tegangan dan rasa frustrasi yang kita alami saat kita menghidupi simphoni hidup kita.

Ada beberapa pengulangan yang luar biasa dalam pustaka apokaliptik seputar pentingnya menanti. Sebelum sang Mesias dikandung dan dilahirkan, harus ada waktu penantian yang benar, masa Advent yang penting, suatu penderitaan, yang sendiri dapat menciptakan ruang perawan dalam mana sang Mesias dapat dilahirkan.

Allah tak pernah buru-buru!
Setiap tetes air mata membawa sang mesias semakin dekat.
Dengan banyak keluhan daging itulah kehidupan roh dilahirkan!

Semua frasa ini mengatakan hal yang sama: sesuatu yang agung bergantung pada sublimasi terlebih dahulu; pesta hanya bisa terjadi setelah berpuasa lebih dahulu; cinta hanya bisa menjadi hadiah jika hadiah itu dihormati sepenuhnya; dan (seperti yang dikatakan Carretto dengan begitu tajam) kita harus belajar menunggu—untuk Tuhan, untuk cinta, untuk sang mempelai, untuk Natal.

Author

Write A Comment