Sabda Hidup
Minggu, 13 September 2020, Minggu Biasa XXIV A
“Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Matius 18: 21
Suatu malam Pace Simon pimpin doa malam bersama istri dan anak-anaknya. Seluruh rangkaian doa ditutup dengan doa “Bapa Kami.” Ketika mengucapkan doa “Bapa Kami” Pace Simon tiba-tiba berhenti pada bagian yang mengatakan, “ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Dia tiba-tiba pergi meninggalkan yang lain di situ. Kira-kira setengah jam kemudian, ia kembali dan terus melanjutkan doa itu dengan perasaan terharu. Tentu saja dia lanjutkan doa sendiri karena istri dan anak-anaknya sudah asyik di depan TV. Istrinya bertanya: “Pace, ko ada pi mana? Kitorang belum habis berdoa ko so ilang.” Pace Simon menjawab: “Tadi sementara kitorang berdoa Bapa kami, trus kitorang mo bilang ‘ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami,’ saya tiba-tiba ingat, tadi siang ada orang yang bikin saya sakit hati dan saya masih dikuasi rasa benci. Lalu sa bilang sama Tuhan dalam hati, ‘Tuhan saya tidak bisa lanjutkan doa ini sampai saya bisa memaafkan orang itu. Makanya, sa kasih tinggal kamu orang tadi. Sa pigi cari orang itu dan ampuni dia.” Pace Simon berhasil mengalahkan dirinya dengan bersedia memaafkan orang yang telah menyakiti hatinya.
***
Sebuah studi terhadap para pasien kanker mengungkapkan bahwa banyak pasien kanker memiliki kebencian yang mendalam. Seorang dokter di New York, seperti yang dinyatakan oleh Norman Vincent Peale, penulis The Power of Positive Thinking, mengatakan bahwa 70% pasiennya mengungkapkan kebencian dalam riwayat kasus mereka. “Dendam dan sakit hati akan menyebabkan orang menderita sakit. Pengampunan akan lebih manjur untuk menyembuhkan mereka daripada banyak pil,” kata dokter ini. Banyak dari kita meninggal karena kebencian yang sudah lama dipendam.
Mengapa kita harus selalu mengampuni? Menurut Louise Hay dalam bukunya yang berjudul You Can Heal Your Life (1984), dikatakan: “Semua penyakit datang dari ketidakmauan mengampuni. Kapanpun kita sakit, kita perlu memeriksa hati kita untuk melihat siapa yang perlu kita maafkan… Pengampunan berarti melepaskan. Ini tidak ada hubungannya dengan perilaku memaafkan. kita hanya perlu let go, melepaskan. Kita tidak harus tahu bagaimana caranya memaafkan. Yang perlu kita lakukan hanyalah bersedia mengampuni. Tuhan akan atur caranya.”
***
Pengampunan atau memaafkan orang lain merupakan tema yang sering dibicarakan dalam Kitab Suci. Kita akan layak mendapatkan pengampunan dari Allah kalau kita mau memaafkan orang lain. Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita akan pentingnya pengampunan. Dalam Bacaan pertama kita mendengar: “Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa,” (Sir 28: 2). Kemudian dalam Injil Petrus bertanya sampai berapa kali ia harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Yesus menjawab: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali,” (Mat 18: 22b). Itu berarti bahwa kita harus mengampuni tanpa batas.
Petrus, sebagaimana orang-orang lainnya berpikir bahwa maaf itu mesti ada batasnya. Menurut tradisi Yahudi, orang boleh mengampuni saudara-saudaranya sebanyak tiga kali saja. Petrus berpikir bahwa dengan mengampuni saudaranya yang bersalah kepadanya sebanyak tujuh kali, ia telah membuat prestasi dan bertindak jauh lebih hebat. Tetapi jawaban Yesus mengejutkannya. Kita tidak boleh menghitung-hitung dalam memaafkan orang lain. Kita harus mengampuni tanpa batas, sebab Allah yang Mahapengampun telah mengampuni kita tanpa batas.
Bagi orang-orang Kristen, mengampuni orang lain merupakan suatu syarat supaya dosanya diampuni. “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat 6: 14 – 15). Hal itu berarti bahwa dosa-dosa kita akan diampuni sejauh kita mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita. Dengan demikian, memaafkan atau mengampuni orang lain adalah salah satu syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Karena itu marilah kita berusaha memaafkan orang-orang yang bersalah kepada kita. Hanya dengan demikian kita bakal layak masuk dalam Kerajaan Allah.
***
Berapakah nilai 1 Talenta? 1 talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau seberat 34 kg. 1 talenta emas = 34 kg emas. Wow…. Kalau demikian, berapakah nilai hutang hamba dalam perumpamaan itu kepada rajanya?
“Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.”
Mat 18: 23 – 24.
Jika 1 talenta sama dengan 6000 dinar dan 1 dinar adalah upah kerja satu hari, berapa nilai hutang hamba itu yang dihapuskan?
Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
Mat 18: 28
Berapa nilai hutang kawannya itu kepadanya dibandingkan dengan hutangnya kepada tuannya yang telah dihapuskan?
Berapa nilai “hutang-hutang” kita kepada Allah? Betapa besar hutang kita yang dihapuskan oleh Allah Yang Maharahim.
Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa.
Sir 28: 2
Marilah kita saling mengampuni.