Sabda Hidup
Sabtu, 3 Desember 2022, Pesta St. Fransiskus Xaverius
Bacaan: 1Kor. 9:16-19,22-23; Mzm. 117:1,2; Mrk. 16:15-20.
“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
(Mrk 16: 15)
Fransiskus Xaverius adalah salah satu misionaris paling terkenal di Gereja, berasal dari keluarga bangsawan Basque di Spanyol. Ia belajar di Universitas Paris, di mana ia mengajar filsafat setelah memperoleh gelar master. Di sana dia bertemu Ignatius dari Loyola dan menjadi salah satu dari tujuh Yesuit pertama. Mereka memutuskan untuk pergi ke Tanah Suci, tetapi perang antara orang-orang Turki dan Venesia menghalangi maksud mereka, jadi untuk sementara Fransiskus bekerja di Padua, Bologna, dan Roma.
Pada tahun 1540 Ignatius mengutusnya sebagai misionaris pertama di koloni Portugis di Hindia Timur. Fransiskus berlayar dari Lisbon dengan berbekal empat surat Paus yang memberinya wewenang penuh sebagai Nuncio dan merekomendasikannya kepada para pangeran di wilayah Timur. Dia mendarat di Goa di India dan mulai merasul di sana lebih dari sepuluh tahun. Di sini dia mengajar orang dewasa, mengumpulkan anak-anak dengan membunyikan lonceng di jalan, mengajar mereka, dan juga mengunjungi rumah sakit dan penjara.
Dia kemudian beralih ke orang India asli, mengajar rakyat sederhana dengan cara menggubah lagu-lagu dengan menyesuaikan ajaran-ajaran Katolik dengan lagu-lagu populer. Dia kemudian pergi ke Cape Comorin dan memulai mentobatkan Paravas, dalam beberapa hari ia membaptis begitu banyak orang sehingga pada malam hari dia tidak bisa mengangkat lengannya karena kelelahan. Kemudian ia pergi ke Travencore di mana ia mendirikan empat puluh lima gereja di berbagai desa. Kemudian ia berlayar ke Malaka dan kepulauan Maluku, dan selama delapan belas bulan dari pulau ke pulau, berkhotbah, mengajar dan membaptis.
Sekembalinya ke Goa dia mendengar tentang panenan besar jiwa-jiwa yang menunggu di Jepang. Maka berangkatlah ia ke ladang ini bersama beberapa sahabat, tiba di Kagoshima pada tahun 1549. Dia belajar bahasa jepang dan mulai berkhotbah dan mengajar. Keberhasilan besar ia capai sehingga dua belas tahun kemudian orang-orang yang dibaptisnya masih mempertahankan semangat pertama mereka. Pada tahun 1551 ia kembali ke Malaka untuk mengunjungi kembali umatnya di India. Sekarang tujuan baru muncul di depan matanya — Cina, tetapi dia tidak pernah mencapainya.
Sesampainya di pulau Sancian di mulut sungai Canton, dia jatuh sakit demam dan hampir mati terlantar di pasir yang panas di pantai, jika seorang pria miskin bernama Alvarez tidak membawanya ke gubuknya. Di sini dia tinggal selama dua minggu, berdoa di antara igauannya, dan akhirnya meninggal. Matanya tetap menatap lembut pada salib saat ia meninggal. Dia dimakamkan di sebuah kuburan yang dangkal dan tubuhnya ditutupi dengan kapur, tetapi ketika digali tiga bulan kemudian ditemukan tubunya segar dan tidak rusak. Tubuhnya dibawa ke Goa dan disemayamkan di sana. Santo Fransiskus Xaverius ditetapkan sebagai pelindung misi dan semua karya misi oleh Paus St. Pius X.
Dalam Suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus St. Paulus berkata: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil,” (1Kor 9: 16).
St. Fransiskus Xaverius: “Misionaris Perintis Agama Salib” di Asia dan misionaris terbesar semenjak Santo Paulus. Dengan semangat heroiknya, ia mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa Asia sambil tetap mengingatkan Gereja akan panggilannya untuk mewartakan Sabda Allah kepada semua bangsa.
Dari bacaan Injil hari ini, nampak bahwa misi yang diberikan Yesus kepada para Rasul-Nya pasti terdengar sama sekali mustahil, di luar pemahaman mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah kabar baik kepada segala makhluk.’ Mereka, sebuah kelompok dengan begitu banyak keterbatasan dan yang telah mundur pada saat krisis, sekarang dipercayakan dengan misi Yesus sendiri. Mungkin yang lebih mencengangkan lagi adalah kenyataan bahwa mereka memang melaksanakan misi ini, dan kita, bersama begitu banyak orang lainnya, adalah pewaris iman dan kepercayaan mereka kepada Yesus. Patutlah kita dengan tulus berterima kasih kepada Tuhan untuk para Rasul, dan untuk iman kita. Kita berterima kasih kepada Tuhan terutama untuk Santo Markus, orang pertama yang menulis Injil, dan juga St. Fransiskus Xaverius, misionaris luar biasa untuk tanah Asia yang pestanya kita rayakan hari ini.
Dalam suatu kesempatan, Paus Fransiskus mengajak kita untuk mematuhi perintah Tuhan yang diberikan lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Kita harus bekerja sama bagaimana membagikan Kabar Baik. Kita tidak dapat mengubur atau menimbun anugerah yang telah diberikan kepada kita, karena setiap orang perlu mendengar kabar baik bahwa mereka dikasihi. Kita sendiri harus menjadi ‘kabar baik” dalam bentuk yang istimewa bagi setiap orang yang kita jumpai.
Apa artinya menjadi rasul? Bagaimana Anda dapat meneladan Santo Fransiskus Xaverius dalam karya kerasulan dalam lingkungan Anda sendiri? Apa yang menghalangi saya untuk mewartakan Injil? Bagaimana saya mengatasi hambatan yang menghalangi saya untuk mewartakan Injil? Bagaimana kehadiran saya dapat menjadi kabar baik bagi setiap orang yang saya jumpai?