Sabda Hidup
Senin, 5 Mei 2025, Senin Pekan Paskah III
Bacaan: Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29
“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.” (Yoh 6: 27)
Injil hari ini mengundang kita untuk memeriksa perjalanan rohani kita. Orang banyak yang mengikuti Yesus setelah peristiwa penggandaan roti menunjukkan kecenderungan yang kita semua alami – pergeseran dari antusiasme spiritual yang tulus ke arah hal-hal yang lebih bersifat duniawi.
Pada awalnya, orang-orang ini mencari Yesus untuk mendengar sabda dan mendapatkan kesembuhan-Nya. Mereka mendengarkan-Nya selama berjam-jam tanpa mengenal lelah, hati mereka menyala-nyala dengan warta keselamatan. Namun, setelah menyaksikan mukjizat roti, motif mereka berubah. Dikatakan bahwa setelah mereka dikenyangkan, mereka hendak membawa Dia secara paksa untuk menjadi raja. Ia menjadi pemimpin dan pembebas mereka dari kuasa romawi, dapat memberi makan gratis lagi! Enak bukan? Mereka mulai mencari Yesus bukan untuk mendapatkan makanan rohani, melainkan untuk mendapatkan keuntungan duniawi.
Yesus dengan lembut mengoreksi mereka: “Kamu mencari Aku bukan karena kamu melihat tanda-tanda, tetapi karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Dia mengalihkan mereka dari makanan yang fana kepada “makanan yang bertahan untuk hidup yang kekal.” Ketika mereka bertanya apa yang harus mereka lakukan, jawaban-Nya sangat sederhana: “Percayalah kepada Dia yang diutus Allah.”
Sebagai peziarah pengharapan yang melakukan perjalanan di Tahun Yubileum ini, kita menghadapi godaan-godaan yang serupa. Kita mulai mengikut Kristus dengan hati yang tulus, tetapi lambat laun kekhawatiran duniawi merayap masuk. Kenyamanan materi, status sosial, atau solusi politik dapat secara halus menggantikan cinta pertama kita kepada Injil. Kita menjauh dari perjumpaan awal kita dengan Yesus.
Inilah sebabnya mengapa Tahun Yubileum memanggil kita untuk berziarah – bukan hanya perjalanan fisik ke tempat-tempat suci, tetapi juga peziarahan kembali ke “Galilea” pribadi kita, saat pertama kali Yesus memandang kita dengan kasih dan berkata, “Ikutlah Aku.” Ingatkah Anda bagaimana setelah Kebangkitan, Yesus memerintahkan para murid untuk “pergi ke Galilea” di mana mereka pertama kali bertemu dengan-Nya?
Hari ini, Kristus mengundang setiap peziarah pengharapan untuk kembali ke perjumpaan pertama itu. Marilah kita berdoa memohon anugerah untuk mengingat Galilea kita sendiri, untuk mendapatkan kembali kesegaran dari panggilan pertama kita, dan untuk mengikuti-Nya dengan hati yang diperbaharui dalam perjalanan Yubileum ini.
Tuhan, semoga aku selalu mencari Engkau, karena aku mengasihi-Mu. Amin.