Sabda Hidup
Kamis, 13 Maret 2025, Kamis Pekan Prapaskah I
Bacaan: Est. 4:10a,10c-12,17-19; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8; Mat. 7:7-12.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan,” (Mat 7: 7-8).
Dalam Injil hari ini, Yesus menjanjikan hasil, asalkan kita meminta, mencari dan mengetuk. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.” Apakah itu terlalu sulit untuk dipercaya? Karena dalam pengalaman kita bahwa ada doa-doa kita tidak terjawab.
Contoh-contoh yang Yesus berikan dipilih dengan cermat. Dia mengambil dua contoh. Batu-batu kapur kecil yang bulat di tepi pantai bentuk dan warnanya persis roti kecil. Jika seorang anak meminta roti, apakah ayahnya akan mempermaikannya dengan memberikan batu yang terlihat seperti roti tetapi tidak mungkin dimakan? Jika seorang anak meminta ikan, akankah ayahnya memberikan ular? Belut dapat dikatakan sejenis ikan tetapi bentuknya seperti ular. Menurut hukum Yahudi, “Segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik di dalam air, adalah kejijikan bagimu” (Imamat 11:12). Oleh karena itu, belut tidak boleh dimakan. Sekarang pertanyaan Yesus adalah, apakah ada ayah yang akan mempermainkan anak-anaknya ketika mereka meminta sesuatu kepadanya?
Kesalahan yang kita lakukan dalam doa kita adalah bahwa doa kita adalah upaya untuk membujuk Tuhan untuk mengubah rencana-Nya. Kita ingin agar Dia menuruti ide-ide kita, rencana-rencana kita! Tetapi doa tidak mengubah Allah; sebaliknya, doa membuka pikiran kita dan mengubah hati kita. Jalan Tuhan tidak selalu mudah dan menyenangkan; jalan Tuhan membutuhkan pertobatan, usaha, penyangkalan diri dan pengorbanan.
Selama masa Prapaskah ini, kita diundang untuk kembali kepada hal-hal yang penting dalam hidup dan membuat pilihan-pilihan penting. Masa Prapaskah mengingatkan kita bahwa Bapa kita peduli kepada kita dan ingin kita kembali kepada-Nya dalam doa. Dia mengasihi kita tanpa batas; selalu berada di sisi kita. Yesus mengundang kita untuk berdoa – dengan keyakinan dan desakan seperti anak kecil di hadapan ayahnya.
Kita mungkin tidak selalu mengalami kasih ini, atau karena kebiasaan, kita telah kehilangan makna dari ungkapan tersebut: “Allah itu kasih.” Tantangannya adalah untuk menyadari pengalaman ini yang menyembuhkan kelemahan kita. Paus Fransiskus mengingatkan kita: “Kita semua memiliki penyakit rohani, kita tidak dapat menyembuhkannya sendirian; Kita semua memiliki sifat buruk dalam diri kita, kita tidak dapat membasminya sendirian; Kita semua memiliki ketakutan yang melumpuhkan kita, kita tidak dapat mengatasinya sendirian. Kembalilah kepada-Nya, mintalah, carilah dan ketuklah kehendak Tuhan dalam hidup kita.”
Penyakit yang kita derita mungkin tidak serta merta sembuh secara ajaib, kesulitan-kesulitan dalam hidup akan tetap ada, dan luka-luka dalam interaksi kita satu sama lain akan tetap terasa menyakitkan, tetapi ketika kita berdoa, Tuhan yang penuh kasih akan menemani kita dalam menghadapinya. Tuhan akan selalu menjawab doa-doa kita sesuai dengan cara, hikmat dan kasih-Nya, dan kita harus sampaikan kepada Tuhan doa kita yang penuh kepercayaan dan tanpa kenal lelah. Mungkin Ia akan menguji kebenaran dari apa yang kita doakan dan menguji ketulusan kita dalam memintanya. Namun yakinlah, Tuhan memberi karena Dia baik. Dia senang memberi. Dia memberi dengan sukacita. Dan Dia selalu memberi lebih dari yang kita minta.
Tuhan, semoga kami berdoa tidak hanya saat kami berada dalam kesulitan dan kebutuhan, tetapi juga untuk memuji, mengagumi dan mengagungkan-Mu. Amin.