Remah Harian

TUHAN, KEPADA SIAPAKAH KAMI AKAN PERGI?

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 10 Mei 2025, Sabtu Pekan Paskah III
Bacaan: Kis. 9:31-42Mzm. 116:12-13,14-15,16-17Yoh. 6:60-69.

“Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya:  “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
(Yoh 6: 67 – 69).

Injil hari ini membawa kita pada sebuah momen krisis dan keputusan. Setelah mendengar Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Roti Hidup, banyak murid-Nya yang berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (v. 60). Mungkin kita lebih dapat memahaminya, jika kita terjemahkan: “Perkataan ini sulit, siapa yang dapat menerimanya?” Dan banyak dari mereka yang meninggalkan-Nya.

Tetapi Petrus menanggapi dengan iman dan kepercayaan: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (v. 68). Mungkin kata-kata Petrus tidak lahir dari pemahaman penuh tetapi dari hubungan yang mendalam. Bahkan ketika bingung, Petrus tahu bahwa hanya Yesus yang dapat memuaskan rasa lapar di dalam jiwanya.

Kita juga menghadapi saat-saat ketika ajaran Yesus terasa sulit – ketika belas kasih tampak terlalu radikal, ketika pengampunan terasa mustahil, ketika kasih meminta terlalu banyak, ketika komitmen ditanggapi secara negatif, ketika perbuatan baik terasa tak ada artinya. Seperti para murid, kita pun tergoda untuk menjauh. Namun seperti Petrus, kita diundang untuk berpegang teguh pada Yesus bukan karena kita mengerti segalanya, tetapi karena kita percaya kepada-Nya.

Iman tidak selalu tentang kejelasan; iman adalah tentang relasi. Para rasul tidak memahami semua yang Yesus katakan atau lakukan – tetapi mereka telah hidup bersama-Nya, mendengarkan-Nya, melihat belas kasih-Nya, dan mengalami kuasa-Nya, dan terutama mengalami persahabatan dengan-Nya. Di dalam Dia, mereka menemukan sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh yang lain: Sabda kehidupan kekal.

Inilah keindahan mengikut Yesus: ketika kita tetap dekat dengan-Nya – melalui Ekaristi, Sabda, doa, dan kasih – kita mulai melihat bukan hanya apa yang Dia minta, tetapi juga siapa Dia: Sahabat, Gembala, Roti dari Surga.

Marilah kita bertanya pada diri kita sendiri: Ke manakah saya pergi ketika hidup ini sulit? Apakah saya berpaling kepada Yesus? Dapatkah saya berkata, seperti Petrus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?”

Semoga Maria, yang mengandung Sang Sabda Abadi di dalam rahimnya, menolong kita untuk tetap setia kepada Putranya dan selalu berjalan bersama-Nya, bahkan ketika jalan itu sulit.

Tuhan, bantulah aku untuk setia walau kadang tidak mengerti.

Author

Write A Comment