Sabda Hidup
Jumat, 24 Desember 2021, Hari Biasa Khusus Advent
Bacaan: 2Sam. 7:1-5,8b-12,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Luk. 1:67-79.
Beberapa jam sebelum kita rayakan Vigili Natal adalah waktu yang baik bagi kita untuk merenungkan siapa yang sebenarnya kita rayakan. Suasana Natal tahun ini mungkin tidak jauh beda dari tahun lalu. Ketika varian Omicron merebak, persiapan-persiapan protokol kesehatan yang ketat masih dibutuhkan. Persiapan-persiapan liturgi dibuat secara serius agar Perayaan Natal dapat dilaksanakan dengan khidmat, tanpa meninggalkan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang belum mau beranjak pergi. Berkurangnya hingar-bingar perayaan mengarahkan kita untuk lebih hening, penuh syukur mengenangkan siapa yang sebenarnya kita rayakan.
Dalam audiensinya tanggal 23 Desember 2020, Paus Fransiskus berkata: “it is important that Christmas should not be reduced to a merely sentimental or consumerist festival, full of gifts and good wishes but poor in Christian faith.” Pentinglah bagi kita agar Natal tidak direduksi menjadi perayaan sentimental atau pesta pora konsumeristis, penuh dengan hadiah dan ucapan selamat, tetapi miskin dalam iman Kristiani. Perlulah bagi kita “untuk mengekang mentalitas duniawi tertentu, tidak mampu menangkap inti pijar dari iman kita,” lanjutnya. Beberapa hari lalu Bapa Suci juga mengajak kita merayakan Natal dengan semangat kerendahan hati. Sebab hanya kerendahan hati yang memimpin kita pada Tuhan. “Humility is the only way that leads us to God. At the same time, specifically because it leads us to Him, humility leads us also to the essentials of life, to its truest meaning, to the most trustworthy reason for why life is truly worth living.” Pada saat yang sama, khususnya karena kerendahan hati memimpin kita pada-Nya, ia memimpin kita juga pada hal yang essensial dalam hidup kita, pada arti yang paling sejati, pada alasan yang paling terpercaya sehingga hidup layak dijalani.
Natal itu bermakna bukan hanya karena kemeriahan dan hingar-bingar yang dibawanya tetapi lebih dari itu. Natal itu penting karena Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa dan kematian.
Dalam Injil hari ini, Zakharia menegaskan dari pengalaman iman pribadinya tentang Allah itu melalui doa pujiannya. Kidung Zakharia yang dikenal sebagai “Benedictus” dapat dihayati sebagai doa yang memberikan jaminan bahwa Tuhan ada dan akan selalu bersama kita.
Memang Tuhan tak pernah janji bahwa kita akan terhindar dari semua masalah dan cobaan yang akan menghampiri kita, tetapi kita sadar bahwa kita tidak akan menghadapi masalah sendirian karena Tuhan bersama kita.
Di sinilah kelahiran Yesus mendapatkan maknanya karena Ia adalah Allah yang merangkul kemanusiaan sehingga Ia menjadi sama dengan kita kecuali dalam hal dosa, Ialah Imanuel, Allah yang berjalan bersama umat-Nya. Hari ini kita sangat membutuhkan kelembutan dan sentuhan manusiawi dalam menghadapi begitu banyak penderitaan. Jika pandemi memaksa kita untuk menjaga jarak, Yesus, di palungan menunjukkan kepada kita cara kelembutan untuk dekat satu sama lain, menjadi manusia.
Terpujilah Tuhan! Selamat menyongsong Natal yang Penuh Berkah!