Sabda Hidup
Minggu, 19 Mei 2024, Harian Raya Pentakosta
Bacaan: Kis. 2:1-11; Mzm. 104:1ab,24ac,29bc,-30,31,34; Gal. 5:16-25; Yoh. 15:26-27; 16:12-15.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”
YOH 16: 13
Kita berdoa kepada Bapa, setiap kali kita berdoa Bapa Kami. Kita juga berdoa kepada Allah Putra, kita selalu menyebut nama Yesus Kristus. Kita berdoa mohon perlindungan Bunda Maria. Misalnya sekarang in kita mengisi bulan Maria Dengan berdoa Rosario setiap Hari.
Berdoa kepada Roh Kudus? Paling-paling setahun sekali, kalau kita ikut Novena Roh Kudus, sebelum Hari Raya Pentakosta. Sayangnya, peserta Novena Roh Kudus juga tidak sebanyak peserta Novena Kerahiman Ilahi. Padahal Novena Roh Kudus adalah induk segala novena. Karena Roh Kudus itu begitu tidak kita kenal, maka kita saati ini merenungkan makna Pentakosta dan Roh Kudus sendiri.
Pentakosta, awalnya merupakan pesta panen bangsa Yahudi yang dihubungkan dengan Perjanjian antara Allah dan bangsa Israel di Gunung Sinai. Di sana umat menerima Hukum Taurat yang berupa Loh Batu, tanda perjanjian yang berisi Sepuluh Perintah Allah.
Pentakosta dirayakan 50 hari sesudah Paskah, seperti yang kita rayakan sampai sekarang.
Bagi Gereja, Pentakosta yang diceritakan dalam Kis. 2:1-11, mempunyai dua makna:
- Yang pertama, pada peristiwa Pentakosta, berkumpul bangsa manusia dari seluruh ‘dunia’ yang dikenal bangsa Yahudi waktu itu. Pada saat itu, bahasa bangsa manusia dipersatukan kembali dalam satu bahasa Roh, bahasa iman dan cinta. Hal ini untuk menunjukkan bahwa usaha persatuan manusia yang dibuat di Babel dengan membangun menara sampai ke langit (Kej. 11:1-9), hanya menyebabkan manusia bercerai berai. Karya Roh, mempersatukan bahasa manusia kembali.
- Makna kedua: Pentakosta dengan turunnya Roh Kudus, memberi hukum yang baru, hukum yang dipahat dalam hati, bukan pada batu. Jadi karya Roh Kudus pada waktu itu ialah menanamkan hukum cinta Allah kepada manusia dan mempersatukan manusia dalam usaha bersama membaharui bumi dalam Kristus.
Dalam Injil, Yesus menjanjikan Roh Kudus yang akan membuat kita bersaksi dan membawa kita dalam kebenaran, yaitu membuat kita taat akan karya kasih penyelamatan Allah. Dan hasilnya, manusia yang hidup dalam roh menghasilkan buah-buah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).
Jadi Roh Kudus berkarya di dalam Gereja dan hati manusia. Itulah sebabnya kita jarang berdoa kepada Roh Kudus. Kita lebih mudah mencari Allah atau seseorang “di luar diri kita”. Allah Bapa sang Pencipta, Yesus Kristus sang Penyelamat, Bunda Maria, Ibu yang berbelas kasih. Tetapi Allah yang hidup dalam hati kita, jarang kita perhatikan. Padahal jika kita memperhatikan tanda-tanda keutamaan buah roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri, maka jelas Roh Allah hidup dalam diri kita.
Kisah kehidupan
Seorang bapak suatu ketika kehilangan kepekaannya atas kebaikan dan belaskasih Tuhan. Ia lupa bahwa rezeki tiap hari adalah berkat Tuhan sepanjang hidupnya. Ia membiarkan perjuangan hidup, pergulatan yang sedang ia hadapi, “menyingkirkan” Tuhan dari hidupnya dan mengaburkan kebaikan-Nya.
Suatu hari, dia diajak menjadi supporter pertandingan sepak bola orang muda (OMK) di parokinya. Karena lapangan sepak bola itu dekat rumah, bapak itu membawa kedua anaknya, 2 dan 5 tahun ikut menonton. Anak-anak itu sangat menikmati pertandingan itu; apa lagi ibu-ibu menyediakan konsumsi dan jajan untuk mereka. Tetapi bapak itu yang masih merasa tertekan oleh beban hidupnya, meski badannya hadir di lapangan speak bola, pikirannya ada di tempat lain.
OMK paroki mereka memenangkan pertandingan. Dalam perjalanan pulang, anak-anak masih asyik dan semangat membicarakan pertandingan tadi. Kata-kata yang selalu muncul selama dan sesudah pertandingan ialah team work dan kerja sama. Tiba-tiba anaknya yang berumur lima tahun, menyelipkan tangannya ke tangan bapaknya dan sambil menggandeng bapaknya, ia mengayun-ayunkan tangannya. Tiba-tiba ia menarik tangan bapaknya dan berkata: ”Papa tahu, nggak? Kita berdua sekarang ini teamwork, lho.”
Bapak itu melihat tatapan mata anaknya, penuh percaya diri dan keyakinan saat mengucapkan kalimat itu. Dari sorot mata anaknya, ia merasakan bahwa anaknya begitu yakin bahwa dia dapat menghadapi apa saja, asal papanya memegang tangannya!
Pada saat itulah bapak itu merasa ada tangan lain yang menggandeng tangannya juga. Tangan Tuhan, yang selama ini memegangnya, tapi tidak disadarinya. Ia mendengar Roh Tuhan berkata: “AnakKu, kamu tahu, kamu dan Aku, kita ini teamwork, lho!” Saat itu ia merasa bebannya terangkat. Langkahnya kembali tegap, semangat hidup kembali meresap dalam dirinya. Dia sadar, Tuhan tidak pernah meninggalkan dan mengabaikan dia. Dia yakin, bersama Allah, Bapanya yang menggandeng dia, tidak ada masalah terlalu besar yang tak dapat diatasinya.
Bapak itu sejenak melupakan Allah. Tetapi ia dapat mendengar sapaan Allah melalui genggaman tangan dan keyakinan anaknya, pasti karena ia juga bukan orang yang asing dengan kehadiran Allah dalam hidupnya.
Roh Kudus adalah Roh Allah yang hadir dan mendampingi kita dalam perjalanan hidup kita setiap hari. Dia lah penolong, lewat sapaan seorang anak, teguran seorang teman, kelembutan pasangan, kotbah dan pengajaran pastor dan dalam segala kesempatan serta tiap orang yang dikirimkan-Nya hadir dalam hidup kita.
Roh Allah bekerja bukan hanya saat kita menerima pertolongan-Nya, tetapi juga saat kita dipakai-Nya menjadi penolong bagi sesama di sekitar kita. Setiap hari Tuhan mendampingi, membimbing dan mencoba mengarahkan hidup kita. Setiap hari Tuhan hadir bersama kita. Karena itu tepat sekali Pantekosta merupakan penutup masa Paskah.
Roh Kudus adalah kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari. Kita dapat menjadi peka akan kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari jika kita bertekun dalam doa. Entah itu doa pribadi, doa keluarga atau juga doa-doa dalam Lingkungan dan Komunitas Basis.
Apakah kita mau hidup bersama Tuhan setiap hari? Mari kita mohon kurnia terang hati dan ketekunan untuk dapat menemukan karya dan kehendakNya dalam hidup kita hari ini dan mohon kurnia keberanian untuk melaksanakannya.