Sabda Hidup
Jumat, 12 Juli 2024, Jumat Pekan Biasa XIV
Bacaan: Hos 14:2-10; Mzm 51:3-4.8-9.12-13.14.17; Mat 10:16-23.
Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala….”
MAT 10: 16A
Kemarin kita dengar pengutusan para rasul. Para rasul pasti bersemangat dan termotivasi karena Yesus memberi mereka kuasa untuk “Menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, dan mengusir setan.” Misi mereka adalah misi yang luar biasa! Tetapi yang dikatakan oleh Yesus selanjutnya adalah hal yang mereka dan kita tidak ingin dengar: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala.”
Barangkali kita berpikir, “Tidak ada gembala yang dengan sengaja mengirim domba-dombanya ke tengah kawanan serigala yang ganas!” Entah berapa banyak domba yang ada tak akan mampu melawan serigala. Tapi di sini domba diutus di antara serigala, seolah-olah domba-domba yang akan menyerang dan bertekad untuk mengalahkan musuh yang mengerikan. Tentu saja Yesus tidak akan mengutus domba sebagai mangsa serigala. Yesus hendak menggambarkan suatu realitas yang tidak dapat dihindari. Satu-satunya cara untuk menyebarkan Kabar Baik adalah dengan pergi ke wilayah serigala.
Akan tiba saatnya para murid Kristus mengalami kontradiksi, pertentangan, pengejaran dan penganiayaan. Ada sebuah kisah tentang Felisitas yang berasal dari suku Hutu di Rwanda. Usianya 60 tahun. Ia bekerja sebagai petugas pastoral di Gisenyi. Waktu itu sedang terjadi konflik hebat di Rwanda. Pemerintah mayoritas Hutu memburu orang-orang suku Tutsi untuk dibasmi. Akan tetapi Felicitas, walaupun seorang Hutu, bersama teman-temannya menampung para pengusi Tutsi dalam rumahnya.
Mengetahui bahwa saudarinya berada dalam bahaya maut, adiknya, seorang Kolonel angkatan bersenjata Rwanda, menghubungi Felicitas melalui telepon agar kakaknya segera pergi menyelamatkan diri. Dalam suratnya, Felicitas mengatakan: “Adikku, terima kasih, kamu ingin membantuku. Akan tetapi, untuk menyelamatkan nyawaku, aku harus meninggalkan 43 orang yang menjadi tanggungjawabku. Aku memilih untuk mati bersama mereka. Berdoalah, semoga kita dapat mencapai rumah Bapa di surga. Sampaikan selamat tinggal kepada mama yang sudah tua dan juga adik kita. Aku akan berdoa untukmu saat aku berada bersama dengan Tuhan. Jaga kesehatan. Terima kasih telah mengingat aku.”
Ketika adiknya tiba, Felicitas telah dilemparkan, telanjang, di pekuburan masal. Ia mengambil jenasah kakaknya itu, dikenakan pakaian padanya, dan memakamkannya. Kepada kakaknya, ia berkata: “Engkau memilih untuk mati. Doakanlah kami.”
Ketika berbicara tentang orang-orang Kristen yang dianiaya di seluruh dunia, Paus Fransiskus berkata, “Gereja menderita, di berbagai tempat, penganiayaan yang kejam, hingga pengorbanan terakhir sebagai martir, untuk memberikan kesaksian tentang terang dan kebenaran. Saya akan mengatakan sesuatu kepada Anda: para martir hari ini lebih banyak dibandingkan dengan yang terjadi pada abad-abad pertama … ada kekejaman yang sama hari ini, dan pada tingkat yang lebih besar, terhadap orang-orang Kristen.”
Dan Paus menghibur mereka dalam pesannya dengan mengatakan, “Saya ingin mengatakan kepada mereka masing-masing: jika Anda memikul salib dengan cinta, Anda telah masuk ke dalam misteri Kristus, Anda berada di dalam hati Kristus dan Gereja.” Ketika kita mengambil bagian dalam liturgi hari ini, marilah kita dekat dengan mereka yang menderita penganiayaan karena iman mereka melalui doa, kasih sayang, dan air mata kita.
Siapkah kita untuk menghadapi pertentangan, penolakan, pengejaran dan penganiayaan karena Kristus? Maukah menjadi martir dalam keseharian kita?
Kuatkanlah aku, Tuhan, setiap kali aku menghadapi penganiayaan dalam mengikut Engkau. Tolonglah aku untuk tidak menyerah saat aku memenuhi misi-Mu. Amin.