Sabda Hidup
Kamis, 26 September 2024, Kamis Pekan Biasa XXV
Bacaan: Pkh 1:2-11; Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17; Luk 9:7-9.
Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan iapun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus. [Luk 9: 7 – 9]
Hanya dalam tiga ayat, Lukas berhasil menjembatani “kekosongan” antara saat para rasul sedang dalam perjalanan misi mereka, berkhotbah dan menyembuhkan, dan sesudah para rasul itu kembali dari misi mereka. Laporan-laporan tentang Yesus dan murid-murid-Nya menyebar lebih jauh lagi. Raja Herodes, yang merupakan penguasa Galilea, mendengar semua yang terjadi dan menjadi bingung. Ia tidak pernah melihat Yesus, tidak mengenal-Nya, dan hanya mendengar apa yang dikatakan orang: Yohanes telah hidup kembali, Elia telah muncul, salah satu nabi terdahulu telah bangkit.
Herodes tidak dapat memahaminya. Dia yakin akan satu hal – itu bukan Yohanes, karena dia sendiri telah memenggal kepala Yohanes. Namun, dia penasaran dengan Yesus ini dan ingin melihat seperti apa Dia. Di seluruh Injil, jelas terlihat bahwa Herodes adalah orang yang dangkal dan tidak memiliki kekuatan dan keteguhan hati. Menurut Lukas, keinginannya untuk melihat Yesus hanya berasal dari rasa ingin tahu. Dalam Lukas pasal 19, kita diperkenalkan dengan Zakheus, seorang pemungut cukai yang ingin tahu lebih banyak tentang Yesus. Zakheus melakukan upaya ekstra untuk melihat Yesus, yang menghasilkan pertobatan dan keselamatan. Tetapi Herodes tidak memiliki ketertarikan yang tulus untuk mengetahui siapa Yesus.
Apa yang mendorong saya untuk mengenal Yesus? Apakah hanya keinginan dangkal, hanya sekedar keinginan untuk mengetahui tentang Dia secara historis? Apakah kita ingin sekali mengenal Dia sebagai Juruselamat kita, sebagai Tuhan kita, sebagai Anak Allah? Apakah Ia sungguh-sungguh nyata, bukan hanya Tuhan di surga nun jauh di sana, tetapi nyata dalam Ekaristi, Kitab Suci, dalam Gereja, dan dalam orang-orang yang saya jumpai? Apa jawaban saya ketika orang lain bertanya kepada saya: “Siapakah DIA?”