Remah Harian

SEMOGA KASIH KITA ABADI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 3 Oktober 2021, Minggi Biasa XXVII Tahun B
Bacaan hari ini: Ul. 6:2-6; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab; Ibr. 7:23-28; Mrk. 12:28b-34.

“Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”

(Mrk 10: 6 – 8)

Women were created from the rib of man to be beside him, not from his head to top him, nor from his feet to be trampled by him, but from under his arm to be protected by him, near to his heart to be loved by him. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki untuk berada di sisinya, bukan dari kepala untuk mengatasinya, juga bukan dari kakinya untuk diinjak olehnya, tetapi dari bawah lengannya untuk dilindunginya, dekat hatinya untuk dicintainya.” [Matthew Henry, Exposition of the Old and New Testaments.]

Kutipan dari Matthew Henry tersebut berbicara tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan itu juga disodorkan kepada kita dalam bacaan-bacaan hari ini. Bacaan pertama hari Minggu Biasa XXVII ini diambil dari Kitab Kejadian 2: 18 – 24 yang merupakan bagian dari Kisah Penciptaan yang kedua (Kej 2: 4b – 4: 26). Kendati hidup dalam masyarakat yang mengutamakan laki-laki dan perempuan sering dianggap sebagai milik laki-laki, kutipan ini sangat menegaskan derajat istimewa perempuan sebagai teman sepadan.

Perikope ini berbicara tentang manusia yang tidak bisa puas dengan menguasai dunia. Yang mutlak diperlukan adalah hubungan dengan teman-teman yang sepadan, hidup bersama. Hubungan itu hanya dapat dibangun antara dua pihak yang sederajat. Segala yang diciptakan oleh Allah diberikan kepada manusia supaya dikuasai. Akan tetapi “baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia,” (Kej 2: 20). Dan untuk mendapatkan teman yang sepadan itu manusia harus “ditidurkan” terlebih dahulu, agar manusia tidak menyamakan karya Allah ini secara sembarangan. Hidup bersama dengan teman yang sepadan, dianugerahkan kepada manusia, dan bagi manusia, untuk mendapatkan anugerah luhur itu harus rela meninggalkan semua yang berharga lainnya, termasuk ayah dan ibunya (Kej 2: 24).

Hanya hubungan dengan teman yang sederajat yang dapat memuaskan hati manusia. Hubungan dengan sesama yang sejati diperoleh sebagai anugerah Allah. Anugerah Allah sedemikian hanya bisa dinikmati dengan memperlakukan sesama sebagai diri sendiri. “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Hanya orang yang dapat memperlakukan sesama sebagai diri sendiri dapat merasakan hubungan yang membahagiakan sebagai berkah. Selama manusia mementingkan diri sendiri hubungan yang membahagiakan itu tidak mungkin terjalin. Kepentingan sendiri harus ditidurkan untuk mendapatkannya.

Kesederajatan antara laki-laki dan perempuan itu juga disampaikan oleh Yesus dalam Injil hari ini. Mereka mempunyai kewajiban yang sama. Dengan demikian perkawinan bukanlah sekadar kontrak, melainkan kesanggupan untuk menjalin kehidupan yang bertanggungjawab kepada sang Pencipta. Persatuan kasih suami dan istri hanya dapat diputuskan oleh kematian. Dasar cita-cita tinggi ini ditemukan dalam diri manusia sendiri sebagaimana aslinya diciptakan oleh Allah.

Menurut Yesus, Musa memperbolehkan perceraian karena ada ketegaran hati. “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu,” (Mrk 10: 5). Ada dosa. Maka yang dibutuhkan adalah pengampunan, pengertian. Itulah jalan kita, yang juga merupakan jalan Yesus di hadapan para pendosa: pengampunan.

Halaman pertama Kitab Suci memberitahukan kepada kita bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya. Allah yang adalah kasih, ingin menyatukan mereka dalam ikatan kasih dan membuat mereka hidup untuk saling mengasihi. Begitulah pada awalnya. Dan begitulah seharusnya sekarang. Yesus membuat ikatan antara suami dan istri menjadi lebih suci, meyakinkan mereka akan kasih karunia Allah. Dia ingin persatuan mereka dalam kasih menjadi seperti kasih-Nya sendiri bagi umat-Nya: setia, kuat, abadi. Dengan semua pasangan yang sudah menikah, dengan semua yang terikat bersama dalam persahabatan, dengan semua komunitas Kristen kita, kita berdiri di hadapan Tuhan hari ini dan kita memohon: semoga kasih kita satu sama lain menjadi kuat, dapat diandalkan, setia. Itulah jalan kasih. Jalan Yesus.

Author

Write A Comment