Sabda Hidup
Sabtu, 12 April 2025, Sabtu Pekan Prapaskah V
Bacaan: Yeh. 37:21-28; MT Yer. 31:10,11-12ab,13; Yoh. 11:45-56.
Seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.”
[Yoh 11: 49 – 50]
Kita sekarang berada di ambang Pekan Suci. Narasi Injil hari ini menyajikan sebuah titik balik yang sangat penting dalam kehidupan Yesus. Setelah kebangkitan Lazarus, banyak orang menjadi percaya kepada-Nya, sementara yang lain bergegas untuk memberitahukannya kepada para pemuka agama. Orang-orang Farisi dan imam-imam besar, yang sudah merasa cemas dengan jumlah pengikut Yesus yang terus bertambah, mengadakan pertemuan. Kekhawatiran mereka terbukti: “Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya… dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” (Yoh 11:48). Konflik antara kebenaran dan mempertahankan kedudukan melahirkan pilihan yang tragis: “Lebih baik satu orang mati, dari pada seluruh bangsa ini binasa.”
Para anggota Sanhedrin lebih mementingkan hasrat mereka untuk mempertahankan kekuasaan mereka daripada melindungi kepentingan seluruh bangsa. Kayafas berhasil memanipulasi Sanhedrin dan meyakinkan mereka untuk membunuh sang Raja Damai!
Narasi ini mengingatkan kita juga bagaimana godaan bekerja di dalam diri kita semua. Dosa biasanya dimulai secara halus – diawali dengan kekhawatiran kecil, kesombongan, atau iri hati. Jika tidak diatasi, dosa akan meluas, mempengaruhi orang lain, dan pada akhirnya menjadi rasional dalam pikiran kita. Para pemimpin agama membenarkan keyakinan mereka bahwa Yesus harus mati demi perdamaian, padahal pada kenyataannya, mereka hanya melindungi kekuasaan dan kenyamanan mereka sendiri.
Seberapa sering kita merasionalisasi dosa [dan kejahatan] dalam kehidupan kita sendiri? Kita membenarkan gosip sebagai “kepedulian”, dan keegoisan sebagai “kehati-hatian” atau sikap tidak mau mengampuni sebagai “keadilan”. Seperti orang Farisi, kita dapat menjadi buta terhadap kehadiran Tuhan karena kita takut akan perubahan.
Namun, bahkan pada saat yang gelap ini, rencana Allah terungkap. Kata-kata Kayafas secara tidak sengaja menubuatkan kebenaran yang lebih besar: Yesus akan mati, bukan hanya untuk satu bangsa, tetapi untuk mengumpulkan semua anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Menjelang Pekan Suci, kita diundang untuk merenung secara mendalam. Saat manakah godaan-godaan kecil merayap masuk ke dalam hati kita? Apakah godaan-godaan itu telah tumbuh dan menuntun kita untuk membenarkan sikap dan tindakan yang menjauhkan kita dari Allah?
Semoga Roh Kudus mengaruniakan kepada kita kebijaksanaan untuk mengenali godaan sejak dini, keberanian untuk menghentikan penyebarannya, dan anugerah untuk kembali kepada belas kasihan Allah.
Tuhan, semoga kami peka mengenali godaan dosa dan berani untuk menghentikannya. Amin.