Remah Harian

SAATNYA BERSIAP

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat, 15 November 2024, Peringatan Wajib St. Albertus Agung
Bacaan: 2Yoh 4-9Mzm 119:1.2.10.11.17.18Luk 17:26-37.

“Berpikir tentang kematian kita bukanlah sebuah fantasi yang buruk,” kata Paus Fransiskus. Dalam dua minggu terakhir dari tahun liturgi, bacaan-bacaan dalam Ekaristi mengundang kita untuk merenungkan sebuah akhir: akhir dunia ini atau akhir jaman, dan akhir hidup kita masing-masing, sebab kita semua pasti akan mati. Gereja, sebagai ibu dan guru, mengajak kita merenungkan kematian kita sendiri.

Pentinglah bahwa kita mulai berpikir, bagaimana hidup kita akan berakhir. Dalam Injil Yesus menggunakan istilah “sama seperti terjadi pada jaman Nuh” dan “sama seperti yang terjadi pada jaman Lot”. Artinya, sama seperti pada jaman mereka, orang-orang makan, minum, kawin dan dikawinkan, sampai pada saat Nuh masuk ke dalam bahtera, demikian juga pada jaman Lot, mereka makan, minum, menjual, membeli, menanam, membangun. Semuanya berjalan normal, hingga semuanya itu berakhir dengan tiba-tiba.

Kita terbiasa tenggelam dalam kehidupan normal kita, dan sering kali sudah menjadi rutinitas yang otomatis: bangun pagi, bersiap untuk kerja, melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah, bertemu orang-orang, merencanakan masa depan…. Tetapi, akan datang harinya ketika Tuhan akan memanggil, “Mari, datanglah!” Panggilan Allah itu bagi sebagian orang terjadi tiba-tiba, sebagian lagi setelah menderita sakit, kecelakaan…. Kapan dan bagaimana, tak seorang pun tahu. Tetapi panggilan Allah akan menjadi surprise bagi kita, membawa kita kepada surprise yang lain – kehidupan kekal.

Tuhan dan Gereja mengajak kita hari-hari ini untuk berhenti sejenak dan merenungkan akhir hidup kita. Sebab, akan tiba harinya ketika kita harus pergi. Kita mungkin telah membuat rencana-rencana untuk hari itu, tetapi tahukan kita bahwa hari itu akan menjadi hari terakhir hidup kita? Jika demikian, dapatkan saya menggunakan hari ini sebaik-baiknya, dapatkan saya bekerja hari ini sebaik-baiknya, seolah-olah hari ini adalah hari terakhir hidup saya? Demikian juga dalam relasi kita di rumah, dengan keluarga, dengan sahabat, dengan rekan kerja, dst. Bagaimana apabila hari ini adalah hari terakhir saya berada bersama keluarga saya? Apa yang harus saya perbuat?

Merenungkan, memikirkan kematian kita bukanlah suatu fantasi yang buruk, sebab itu adalah sebuah realitas. Itulah keindahan kematian, akan ada perjumpaan dengan Tuhan, di mana Ia akan berkata: “Datanglah, datanglah untuk diberkati oleh Bapa, datanglah bersama-Ku.” Lalu, tak ada gunanya kita berkata, “Tapi Tuhan, saya masih harus membereskan ini dan itu.” Sebab tidak ada yang sempurna.

Jadi, apa yang akan kita perbuat? Makan, minum dan bergembira untuk besok kita akan mati? Hidup kita di bumi ini sangat singkat, mari kita lakukan yang terbaik. Saat kita menunggu Ia memanggil, mari menjalani kehidupan yang kreatif dan bermakna. Mari berbagi berkat yang diberikan Tuhan kepada kita.

Tuhan, aku membutuhkan pertolongan-Mu untuk hidup dengan lebih sadar akan tujuan akhir hidupku – kehidupan kekal bersama-Mu. Amin.

***

Santo Albertus Agung, Uskup dan Pujangga Gereja

Albertus lahir di Lauingen, danau kecil Danube, Jerman Selatan pada tahun 1206. Orangtuanya bangsawan kaya raya dari Bollstadt. Semenjak kecil ia menyukai keindahan alam sehingga ia biasa menjelajahi hutan-hutan dan sungai-sungai di daerahnya. Pengalamannya ini nantinya akan menjadi bahan tulisannya yang berhubungan dengan Ilmu Alam dan Ilmu Tumbuh-tumbuhan.

Pendidikan tinggi ditempuhnya di Universitas Padua, dan dari sini ia melangkah masuk ke dalam hidup membiara dalam Ordo Dominikan. Yordan dari Saxoni, Jenderal kedua Ordo Dominikan menganggap Albertus sebagai tokoh yang cocok untuk cita-citanya yaitu mengkombimasikan hidup rohani, pewartaan dan mengajar. Oleh karena itu, ia kemudian mengirim Albertus ke Koln, Jerman untuk mengajar rekan-rekannya di semua biara Dominikan di kota itu. Ia mengajar di sana selama hampir 10 tahun. Karena kesalehan hidupnya dan pengetahuannya yang luar biasa luas dan mendalam itu, ia semakin terkenal. Oleh rekan-rekannya dan orang-orang sezamannya, Albertus disebut sebagai ‘Yang Agung, Tiang Gereja, Doktor Umum atau Sarjana Umum’. Albertus kemudian diangkat sebagai mahaguru di Universitas Koln. Murid-muridnya yang terkenal antara lain Thomas Aquinas, yang kemudian dinyatakan juga sebagai ‘kudus’ dan dihormati sebagai seorang Sarjana Gereja, seperti gurunya. Selanjutnya ia mengajar sebagai mahaguru di Universitas Paris, di mana ia bertemu dan menjalin persahabatan dengan raja Ludovikus yang saleh itu. Di sini ia menulis banyak buku yang membuatnya semakin terkenal di seluruh Eropa.

Pada tahun 1256 ia menjabat sebagai administrator di Curia Roma. Ia berhasil membela masalah-masalah menyangkut aturan-aturan hidup membiara dari Santo Dominikus dan Fransiskus terhadap serangan William. Karena hasil pembelaannya sangat brilian, maka Paus Aleksander IV (1254-1261) mengangkatnya menjadi uskup di kota Regensburg. Tetapi pada tahun 1262 setelah menyelesaikan masalah-masalah penting di dalam keuskupannya, ia mengajukan permohonan pengunduran diri. Lalu ia pulang ke Koln untuk menjalani saat-saat terakhir hidupnya. Di sana pun ia melanjutkan tulisan-tulisannya dalam beberapa tema, sambil menjadi uskup pembantu dan mahaguru. Albertus kemudian mengadakan perjalanan pastoral ke seluruh Jerman dan Bohemia, lalu pergi ke Timur Tengah dan Tanah Suci, dan pada tahun 1247, ia mengikuti Konsili Lyons.

Albertus dikenal rendah hati dan suci hidupnya. Ia menaruh devosi yang besar kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus dan kepada Bunda Maria. Semua itu tampak jelas di dalam syair-syair dan lagu-lagu yang digubahnya dan di dalam 50 buah buku yang ditulisnya. Ketika mengikuti Konsili Lyons itu, ia tidak lupa mengenang muridnya Santo Thomas Aquinas. Ia. merasa sangat kehilangan dengan wafatnya Thomas. Setelah ia mengadakan pembelaan terakhir terhadap ajaran Thomas Aquinas, ia meninggal dunia pada tanggal 15 Nopember 1280, dalam usia 87 tahun. Kesucian hidupnya didukung dengan banyak mujizat.

Author

Write A Comment