Remah Harian

PERNYATAAN IMAN YANG OTENTIK

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat, 27 September 2024, Peringatan St. Vinsensius a Paulo
Bacaan: Pkh 3:1-11Mzm 144:1a.2abc.3-4Luk 9:18-22

Mungkin anda masih ingat iklan AXE deodorant body spray yang mengatakan: “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda!” Begitu pentingkah kesan pertama? Ada pepatah yang mengatakan first impression determine your image. Bahkan ada hasil penelitian yang mengatakan bahwa 90% persepsi orang lain terhadap Anda sangat ditentukan dari 4 menit interaksi pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan orang menilai orang lain berdasarkan pada kesan mereka. Sebagai konsekuensinya, banyak orang menerima bahwa “kesan pertama” itu kekal, selama-lamanya. Akan tetapi pengalaman mengajar kita bahwa kesan itu bisa benar, bisa juga salah. Memang kesan dapat menjadi sarana mencapai kebenaran, tetapi pertama-tama kesan harus diverifikasi sehingga bias dan keraguan dapat disingkirkan.

Itulah sebabnya Yesus bertanya kepada Petrus tentang siapa Dia. Orang banyak nampaknya ragu akan identitas Yesus yang sebenarnya sebab banyak yang hanya berdasarkan desas-desus yang beredar. Mereka ragu akan identitas Yesus sehingga mereka berkata bahwa Ia adalah Yohanes Pembaptis, ada yang mengatakan bahwa Ia adalah Elia, ada pula yang mengatakan nabi-nabi dahulu telah bangkit.

Pengakuan Petrus adalah sebuah pernyataan iman yang otentik. Melalui perjumpaan personal dengan Yesus, imannya telah diperdalam dan diteguhkan. Meski, Petrus pun masih salah mengerti. Petrus dan teman-temannya hanya memiliki sedikit pemahaman tentang arti sebenarnya dari istilah ‘Mesias’. Bagi banyak orang, istilah ini dapat memiliki makna yang terlalu politis, melihat Yesus sebagai pembebas yang diutus untuk membebaskan orang-orang yang tertindas yang akan menggulingkan penjajahan Romawi. Oleh karena itu, Yesus menjelaskan kepada mereka tentang misi Mesias. “… menanggung banyak penderitaan, ditolak, dan dihukum mati, dan kemudian dibangkitkan pada hari ketiga.”

Paus Fransiskus menekankan pentingnya untuk melampaui pendapat orang banyak dan opini duniawi dalam usaha memahami Yesus karena menjadi seorang Kristen bukan hanya tentang mengetahui doktrin atau berpartisipasi dalam ritual, tetapi tentang perjumpaan dengan Yesus di dalam hati dan kehidupan kita. Jawaban Petrus, meskipun benar, menuntun Yesus untuk menjelaskan konsekuensi pemuridan: penderitaan, penolakan, dan kematian, yang diikuti dengan kebangkitan. Iman kepada Kristus tanpa Salib tidaklah otentik. Mengikut Yesus berarti memikul salib kita sendiri.

Dalam hidup kita dari hari ke hari, kita juga diundang untuk memupuk relasi yang dalam dan personal dengan Tuhan, memperdalam hubungan kita dengan-Nya. Dengan menghidupi tuntutan Injil dengan setia, pengalaman personal akan kehadiran-Nya dapat membantu kita mencapai apa yang diakui oleh Petrus: “Mesias dari Allah.” Bagaimanakah saya memupuk relasi yang dekat dengan Yesus? Menurut anda, siapakah Dia? Siapkah anda menerima konsekuensi menjadi murid-Nya? “Percayalah kepada-Nya dan mengikuti teladan-Nya, selalu bertindak dengan rendah hati, ramah, dan dengan iktikad baik,” kata St. Vinsenisus a Paulo.

Tuhan, semoga kepercayaan dan pengenalanku kepada-Mu semakin bertumbuh dan semakin dalam. Amin.

Author

Write A Comment