Sabda Hidup
Rabu, 17 April 2024, Rabu Pekan Paskah III
Bacaan: Kis. 8:1b-8; Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a; Yoh. 6:35-40.
Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi… Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
YOH 6: 35. 40
Orang banyak yang mengikuti Yesus telah menyaksikan mukjizat penggandaan roti di padang gurun. Mereka memuji-muji Dia sebagai seorang nabi dan ingin menjadikan-Nya sebagai raja mereka. Namun, mereka memilih untuk tetap menjadi “kerumunan orang banyak” ketimbang menjadi pribadi-pribadi yang percaya kepada-Nya dan menjadi murid-murid-Nya. Ketidakpercayaan orang banyak ini terus berlanjut bahkan sampai beberapa dekade kemudian saat Injil ini ditulis (Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 40 – 140 M). Sang penginjil berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang kurangnya iman.
Mereka yang percaya kepada Yesus dan mengikuti “jalan-Nya” di dalam komunitas mula-mula tidak lagi diterima di rumah-rumah ibadat oleh orang-orang Yahudi. Yohanes ingin meyakinkan mereka bahwa “Yesus tidak akan menolak siapa pun yang datang kepada-Nya” karena Ia mencerminkan gambar Allah. Melalui Yesus, kita mengenal seperti apa Allah itu.
Merefleksikan perikop Injil hari ini, seorang penulis, Pater Richard Rohr OFM, berbicara tentang bergerak melampaui kepercayaan dan merangkul perjumpaan transformatif dengan Kristus. Injil menjanjikan bahwa “Setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal ….” Percaya kepada Yesus bukanlah sebuah latihan mental; ini adalah sebuah undangan untuk berserah, untuk mengijinkan hidup-Nya mengalir melalui kita. Seperti roti yang dipecahkan dan dibagikan, kita dipanggil untuk dipecahkan bagi orang lain. Hidup kita menjadi momen Ekaristi, memberikan “makanan” dan harapan bagi dunia yang lapar.
Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa Yesus bukan hanya tokoh sejarah atau seorang dewa yang jauh. Dia adalah Roti Hidup, yang memberi makan jiwa kita dengan cinta dan tujuan ilahi. Ketika kita berjumpa dengan Yesus, kita berjumpa dengan kehidupan itu sendiri. Rasa lapar kita akan makna menemukan pemenuhan di dalam Dia.
Apakah anda mengalami kekuatan dan pertumbuhan sebagai seorang beriman dengan menerima Ekaristi, Roti Hidup? Apakah Roti Hidup yang saya terima mendorong saya juga untuk berbagi “roti” dalam kehidupan sehari-hari dengan mereka yang berkekurangan?
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah roti hidup. Hanya Engkau yang dapat memuaskan rasa lapar di dalam hatiku. Semoga aku selalu menemukan di dalam Engkau, roti sejati dari surga, sumber kehidupan dan makanan yang aku butuhkan untuk perjalananku menuju tanah air surgawi. Bantulah aku, yang telah Engkau kenyangkan dengan Roti Surgawi, berbagi hidup dengan mereka yang berkebutuhan.