Sabda Hidup
Selasa, 15 April 2025, Selasa dalam Pekan Suci
Bacaan: Yes. 49:1-6; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17; Yoh. 13:21-33,36-38.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”…. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
[Yoh 13: 21, 28]
Setiap jiwa mengalami saat-saat kegelapan rohani – malam yang gelap seorang berdosa. Namun, di tengah-tengah pergumulan kita, Yesus berdiri dengan tangan terbuka, siap memeluk kita. Kegelapan malam orang berdosa ini bersifat sementara, suatu masa pencobaan yang harus dilalui oleh semua orang. Bahkan Petrus, yang dikasihi Kristus, tersandung dalam imannya, namun ia menemukan penebusan melalui belas kasihan Tuhan. Namun, malam yang penuh dengan kejahatan – seperti yang dialami oleh Yudas – berbeda. Itu adalah malam gelap di mana hati tertutup bagi Tuhan, sebuah penolakan terakhir terhadap kasih karunia.
Ketika kita jatuh ke dalam dosa, kita mungkin merasa tersesat, dicengkam ketidakpastian, atau merasa tidak layak. Tetapi belas kasih Kristus lebih besar daripada kegagalan kita. Di dalam pengenalan akan dosa-dosa kita, di dalam pengakuan yang rendah hati, kita berjumpa dengan Kristus yang tersalib, yang mengampuni dan memperbaharui kita. Paulus menemukan kemuliaannya bukan karena kebenarannya, tetapi karena kasih Kristus yang menebusnya, seorang pendosa. Seperti Petrus, yang menyangkal Yesus, kita juga mengalami saat-saat kelemahan. Namun, sama seperti Kristus memandang Petrus dengan kelembutan, Dia memandang kita dengan kasih, menawarkan kepada kita manisnya pengampunan-Nya.
Pekan Suci memanggil kita untuk merefleksikan hidup kita dan mencari transformasi.
Jangan mengkhianati cinta. Seperti Yudas, terkadang kita menjalani kehidupan ganda, mengaku cinta namun berkhianat. Kita harus berjuang untuk kejujuran dan integritas, mengatakan kebenaran ketimbang menabur perselisihan.
Dalam kegelapan, percayalah kepada Tuhan. Hidup membawa saat-saat kebingungan dan ketidakpastian, di mana kita berjuang untuk membedakan mana yang benar. Pada saat-saat seperti ini, marilah kita berpegang teguh pada Kristus, cahaya penuntun kita.
Jangan menyangkal Dia. Seperti Petrus, mungkin kita merasa dekat dengan Tuhan, merasa mampu, merasa kuat, namun kita dapat goyah dalam pencobaan. Marilah kita tetap teguh dalam iman, percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Semoga Pekan Suci ini menjadi waktu pembaharuan, yang menuntun kita dari kegelapan ke dalam terang belas kasih Kristus.
Tuhan, saat kami jatuh, tegakkan kami lagi. Amin.