Sabda Hidup
Senin, 2 September 2024, Senin Pekan Biasa XXII
Bacaan: 1Kor 2:1-5; Mzm 119:97.98.99. 100.101.102; Luk 4:16-30.
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab,” (Luk 4: 16)
Nazaret adalah desa yang sangat kecil pada masa Yesus. Tidak lebih dari 250 hingga 300 orang tinggal di sana. Semua orang saling mengenal satu sama lain, jadi gosip pasti merupakan “hiburan” yang umum. Semua orang mengenal Maria dan Yusuf. Kasak-kusuk bahwa Yusuf bukanlah ayah biologis Yesus nampaknya belum juga mereda bahkan setelah lebih dari 20 tahun. Kita tahu bagaimana rumor dapat menghancurkan reputasi seseorang. Orang-orang di Nazaret mungkin akan menerima Yesus jika Ia melakukan mukjizat yang spektakuler seperti yang telah Ia lakukan di tempat-tempat lain. Tetapi Ia tidak melakukannya. Yesus tidak melakukan hal-hal itu untuk menyenangkan orang banyak dan untuk dipuji. Dia selalu berdiri di atas kebenaran. Hal ini membuat kita berpikir tentang bagaimana cara kita bertindak dan berbicara di dalam komunitas kita. Demi kebenaran, atau untuk menyenangkan orang lain, atau cari pujian?
Ada satu hal lagi yang menarik dari perikope hari ini. Lukas memberi tahu kita bahwa Yesus pergi ke rumah ibadat “menurut kebiasaan-Nya.” Kita tahu bahwa Yesus sering tidak setuju dengan semua yang terjadi dan diajarkan di rumah-rumah ibadat. Dia sering melanggar aturan yang berlaku di sana, seperti ketika Dia menyembuhkan pada hari Sabat di dalam rumah ibadat. Namun, Ia tetap pergi ke rumah ibadat “menurut kebiasaan-Nya.”
Tak jarang saya jumpai beberapa umat Katolik yang mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak pergi ke gereja lagi. Beberapa tidak suka dengan apa yang diajarkan oleh Gereja. Yang lain, tidak suka dengan pastornya. Yang lain lagi merasa gereja terlalu berisik dan lebih suka mengikuti Misa online di TV atau YouTube, apalagi sudah keenakan dengan praktek itu selama masa pandemi (tapi perlu diingat bahwa dengan “menonton” Misa di TV atau mengikuti live-streaming, mereka belum memenuhi kewajiban mereka di hari Minggu). Mereka memberikan banyak alasan untuk tidak pergi ke gereja, tetapi apakah alasan-alasan itu valid?
Fakta bahwa Yesus pergi ke rumah ibadat, “menurut kebiasaan-Nya,” menunjukkan bahwa Yesus melihat lebih jauh dari apa yang tidak dapat Ia setujui. Ia melihat bahwa ibadah di sinagoga, pertama-tama, adalah pertemuan umat Allah. Kemudian Firman Allah diberitakan dan dijelaskan di sana. Ini adalah waktu untuk berdoa dan bersatu sebagai sebuah komunitas dengan Tuhan.
Itulah yang terjadi ketika kita merayakan Ekaristi – tidak, bahkan lebih dari itu, karena Kristus sendiri selalu hadir.
Adakah sesuatu yang menghalangi Anda untuk pergi ke gereja? Apakah Anda menyadari bahwa Kristus selalu hadir di sana meskipun ada hal-hal lain yang tidak anda sukai atau tidak anda setujui?