Sabda Hidup
Minggu, 20 April 2025, Hari Raya Paskah
Bacaan: Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4 atau 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9.
“Ia melihatnya dan percaya.” [Yoh 20: 8]
Pada hari Minggu Paskah yang mulia ini, Gereja memberitakan dengan penuh sukacita: “Yesus telah Bangkit!” Namun, apakah makna sesungguhnya dari hal ini bagi kita? Dalam Injil Yohanes, kita jumpai Maria Magdalena, Petrus, dan Yohanes menemukan kubur yang kosong. Pada awalnya, mereka tidak sepenuhnya mengerti; hati mereka masih diliputi oleh kesedihan dan kebingungan. Bukanlah hal yang hebat untuk percaya bahwa Yesus telah mati; bahkan orang-orang kafir pun mempercayainya, semua orang percaya. Hal yang benar-benar hebat adalah percaya bahwa Dia telah bangkit.”
Ada satu hal yang mengusik saya saat merenungkan Injil di Hari Raya Paskah ini. Maria Magdalena! Mungkin sedikit dirasa aneh bahwa dalam ceritera kebangkitan Tuhan, Maria Magdalena, dilibatkan secara mencolok oleh penginjil Yohanes. Baris-baris pertama dari Injil di hari yang sangat berbahagia ini nama Maria Magdalena disebut-sebut. Bahkan dialah yang pertama-tama diutus Tuhan untuk mewartakan kebangkitan-Nya kepada saudara-saudara-Nya yang lain.
Mengapa Maria Magdalena begitu ditokohkan dalam peristiwa kebangkitan Tuhan ini? Mengapa ia seolah-olah begitu dicintai oleh Tuhan sendiri, sehingga dialah yang pertama-tama boleh melihat Dia yang telah bangkit dan boleh mewartakan kebangkitan-Nya?Maria pernah jatuh sekali dalam dosanya. Tetapi sesudah bertemu dengan Yesus, ia mencoba bangkit dari kejatuhannya. Dan ia berhasil. Ia bangkit menjadi wanita yang lain sama sekali. Dan Yesus menjadi saksinya. Mungkin karena itu Yesus tak pernah melupakannya lagi, sejak ia membasahi kaki Yesus dengan air mata penyesalannya dan mengeringkannya kembali dengan rambutnya. Maria sungguh-sungguh telah bangkit. Ketika Kristus bangkit, Ia sungguh-sungguh telah bangkit. Ia telah merayakan Paskah yang pertama itu secara tepat. Paskah Kristus menjadi Paskah Maria juga. Oleh sebab itu layak melihat Kristus yang telah bangkit dan dipercayakan pula untuk mewartakannya.
***
Pesan Paskah bagi kita sangat jelas: “Dia tidak ada di sini; Dia telah Bangkit.” Pemberitaan pertama tentang Kebangkitan ini mengubah segalanya. Kubur yang kosong bukanlah sebuah tanda kekalahan, tetapi kemenangan. Para murid, yang masih ketakutan, mengurung diri mereka sendiri, tidak yakin akan apa yang akan terjadi. Namun, melampaui ketakutan mereka, melampaui keraguan mereka, Gereja terus memberitakan: “Kristus telah Bangkit!”
Namun, pengalaman-pengalaman penderitaan dan kesengsaraan dalam hidup kita mungkin mendorong kita untuk bertanya: jika Kristus telah Bangkit, mengapa penderitaan dan ketidakadilan masih ada? Mengapa kita menyaksikan kegelapan, perang, konflik tiada henti, penindasan, penyakit, pembodohan dan tragedi? Di manakah Tuhan di tengah-tengah penderitaan?
Meskipun kita mungkin tidak selalu menerima jawaban, kita dianugerahi iman. Iman ini meyakinkan kita bahwa Kristus yang Bangkit ada di sini, mengubah penderitaan menjadi penebusan dan keputusasaan menjadi pengharapan.
Percaya pada kematian-Nya adalah hal yang sederhana; percaya pada Kebangkitan-Nya adalah ujian yang sesungguhnya. Para murid, yang pada awalnya melarikan diri dalam ketakutan, berubah menjadi saksi-saksi yang berani setelah bertemu dengan Tuhan yang Bangkit. Sebuah perubahan yang tidak dapat disangkal terjadi dalam diri mereka, mengilhami mereka untuk menyatakan kemenangan Kristus, bahkan dalam menghadapi kematian.
***
Pesta PASKAH, pesta kebangkitan Yesus kiranya memberikan beberapa pesan untuk kita:
Pertama: PASKAH Kristus mengajak supaya kita pun bangkit pula, seperti Maria dari Magdala. Perubahan dalam diri para murid setelah pengalaman akan kebangkitan itu hendaknya juga ada dalam diri kita. Kita harus bangkit dari dosa-dosa kita, dari kelemahan-kelemahan kita. Semua itu adalah kubur-kubur yang menguburkan kita. Kita hendaknya bangkit dari kubur sistem dan struktur tidak adil yang kita ciptakan. Kita hendaknya bangkit dari kubur egoisme kita. Dari kubur semangat konsumerisme, kubur semangat hedonisme, kubur keserakahan, kubur ketidakadilan, kemesuman, kebencian, kecemburuan, iri hati dan sebagainya.
Kita harus bangkit menjadi manusia PASKAH. Perayaan PASKAH secara liturgis di gereja-gereja yang dimeriahkan dengan nyanyian-nyanyian yang indah dan tata upacara liturgi yang meriah memang penting, tetapi semuanya itu kehilangan artinya, kalau kita sendiri tidak bangkit. Pertama-tama kita harus merayakan PASKAH dalam diri kita, baru di gereja.
Kedua: Kita yang telah mengalami PASKAH Kristus, diberi tugas oleh Kristus untuk mewartakan dan memberi kesaksian tentang kebangkitan-Nya kepada orang lain. Pengalaman PASKAH yang membahagiakan tidak boleh disimpan sendiri, tetapi harus dibagi kepada orang lain. Kita harus menularkan kebangkitan itu kepada orang lain. Kita terlibat dalam karya kebangkitan. Kita harus membuka kubur-kubur yang membelenggu manusia di bumi ini.
- Kalau kita membantu kaum miskin, kaum tergusur, kaum tergilas, mereka yang tersingkir, kita membuka sebuah kubur……..
- Kalau kita membantu seseorang keluar dari kebodohan, keterbelakangan dari kesepian dan putus asa, kita membuka sebuah kubur……..
- Kalau kita menarik teman dari korupsi, dari kesewenang-wenangan, dari keserakahan, kita membuka sebuah kubur………
Hari ini, marilah kita membawa kebenaran ini di dalam hati kita: “Kristus telah Bangkit!” Dalam menghadapi setiap pencobaan, marilah kita berpegang teguh pada pengharapan ini. Dan marilah kita, seperti para murid yang pertama, pergi dan memberitakan: “Ia sungguh-sungguh Bangkit!” Kita hendaknya terlibat dalam aksi PASKAH.
Selamat Paskah! Mari Bangkit bersama Kristus!