Remah Harian

MENGAPA MEMBERI?

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Senin, 25 November 2024, Senin Pekan Biasa XXXIV
Bacaan: Why 14:1-3.4b-5Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6Luk 21:1-4.

Seorang perempuan kaya yang cantik, berpakaian mahal yang mengeluh kepada seorang konselor bahwa dia merasa seluruh hidupnya kosong, tidak ada artinya.

Lalu, konselor itu memanggil seorang perempuan tua, tukang pel lantai kantor konselor dan kemudian berkata kepada perempuan kaya itu, “Saya minta Maria untuk menceriterakan bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Yang saya ingin anda lakukan adalah mendengarkannya.”

Lalu perempuan tua itu meletakkan sapunya, duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: “Yah… suami saya meninggal karena malaria dan tiga bulan kemudian anak saya satu-satunya terbunuh karena ditabrak sebuah mobil. Saya tidak punya siapa-siapa … saya tidak punya apa-apa lagi. Saya tidak bisa tidur, saya tidak bisa makan, saya tidak pernah tersenyum kepada siapa pun, saya bahkan berpikir untuk menngakhiri hidup saya sendiri. Kemudian pada suatu sore, seekor anak kucing kecil mengikuti saya pulang kerja. Entah bagaimana saya merasa kasihan pada anak kucing itu. Di luar dingin, jadi saya putuskan untuk membiarkan anak kucing itu masuk. Saya beri dia susu dan anak kucing itu menjilat piring sampai bersih. Lalu ia mendengkur dan menggosok-gosokkan badannya di kaki saya, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, saya tersenyum. Kemudian saya berpikir; jika membantu anak kucing kecil ini bisa membuat saya tersenyum, mungkin melakukan sesuatu untuk orang lain akan membuat saya bahagia. Jadi hari berikutnya saya memanggang sedikit kue dan membawanya ke seorang tetangga yang sedang terbaring sakit. Setiap hari saya mencoba melakukan sesuatu yang baik untuk seseorang. Ternyata, membuat orang lain bahagia, membuat saya bahagia juga. Sekarang ini, saya tidak tahu siapa yang tidur dan makan lebih baik daripada saya. Tetapi saya telah menemukan kebahagiaan dengan memberi kepada orang lain. “

Mendengar kisah Maria, perempuan kaya itu menangis. Dia punya segalanya yang bisa dibeli dengan uang, tetapi dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Tak seorangpun terlalu miskin sehingga tidak dapat memberi dan berbagi. Kita dapat belajar dari si janda miskin dalam Injil hari ini. Ada tiga pelajaran tentang memberi. Pertama, janda itu memberi dengan diam-diam. Berbeda dengan orang kaya di bait Allah, dia memberi dengan diam, tanpa gembar-gembor, tanpa menarik perhatian. Memberi dengan diam-diam itu menjadi hal yang luar biasa karena kita adalah orang yang suka perhatian.

Kedua, janda itu memberi dengan sukacita. Ia memberi dengan riang, tanpa menggerutu, tanpa mengharapkan balasan, tanpa mengeluh. Dia memberi dengan riang tanpa mengeluh dan berkata: “Sekarang aku tidak punya apa-apa.” Dia bahkan tidak berusaha untuk mendramatisir. Dia memberi dengan diam dan dengan sukacita.

Hal ketiga yang pantas disebut tentang pemberian janda adalah “total”. Ia memberi sedikit, tetapi yang sedikit itu adalah semuanya yang ia perlukan untuk kehidupannya. Semuanya diberikan. Total. Orang miskin bukanlah orang yang tidak memberi apa-apa. Orang miskin adalah orang yang menyimpan semuanya (untuk diri sendiri).

“Di mana kesenanganmu berada, di situlah hartamu; di mana hartamu berada, di situlah hatimu; di mana hatimu berada, di situlah kebahagiaanmu,” kata St. Agustinus. Ibu Teresa dari Calcutta juga mengatakan: “Jika anda memberi apa yang tidak anda butuhkan, itu bukan memberi.”

Apakah saya berbagi? Mengapa saya memberi? Karena diprogramkan? Karena kelebihan? Karena tidak membutuhkan?

Bapa, semoga kami murah hati seperti ENGKAU murah hati. Amin.

Author

Write A Comment