Remah Harian

MENEMUKAN YANG HILANG

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 3 November 2022, Kamis Pekan Biasa XXXI, Peringatan Fakultatif St. Martinus de Porres
Bacaan: Flp. 3:3-8aMzm. 105:2-3,4-5,6-7Luk. 15:1-10.

“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira……”

(Luk 15: 4 – 5)

Orang Farisi dan para ahli Taurat merendahkan orang berdosa. Mereka mengamati bahwa orang-orang seperti itu tertarik pada kepribadian Yesus dan ajaran-Nya. Mereka memprotes, ”Dia menerima orang berdosa dan makan bersama mereka.” (Lukas 15:2) Orang Farisi dan para ahli Taurat juga merasa lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak memahami Taurat. Mereka memperlakukan orang-orang itu seperti debu di kaki mereka. Para pemimpin agama menyalahgunakan istilah am haarets, yang berarti ”rakyat negeri”, untuk menyebut orang-orang ini.

Yesus sangat berbeda dengan mereka. Dia memperlakukan semua orang dengan respek, baik hati, dan berbelaskasihan. Hasilnya, banyak dari orang yang dianggap rendah, termasuk mereka yang dikenal sebagai orang berdosa, mau mendengarkan Yesus. Sewaktu mendengar komentar negatif orang Farisi dan para ahli Taurat tentang sikapnya, apa tanggapan Yesus? Ia meceriterakan perumpamaan tentang domba yang hilang. Orang-orang Farisi seolah berada dalam kawanan domba Allah, sedangkan orang-orang yang dianggap rendah digambarkan sebagai domba yang sesat dan hilang.

Perumpamaan itu merupakan suatu gambaran yang sangat hidup dan menyentuh tentang belas kasih Allah. Menemukan yang hilang adalah sukacita Allah yang besar. Semoga hal itu juga berlaku bagi kita. Sering kali orang-orang yang berbuat salah dan ingin bertobat menghadapi kendala-kendala yang besar. Harga diri yang berlebihan dan kesombongan seperti para Farisi, atau keprihatinan yang diungkapkan secara salah menyebabkan kita menolak mereka itu.

“Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah,” tegur St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Rom 14: 10).

“BERBICARA TENTANG DIA” (berbicara tentang seseorang) memang sering kali lebih mengasyikkan – atau mungkin memberi kepuasan tersendiri – bagi kita. Tetapi “BERBICARA DENGAN DIA” (berbicara dengan seseorang) akan lebih memberi kemungkinan bagi perjumpaan dari hari hati ke hati. Heart speaks to heart, akan lebih menghadirkan Allah yang berbelas-kasih.

Semoga doa Kardinal John Henry Newman ini senantiasa menjadi doa kita:

Yesus yang terkasih,
bantu aku memancarkan keharuman-Mu ke mana pun aku pergi.
Banjiri jiwaku dengan Roh dan hidup-Mu.
Menembus dan memiliki seluruh keberadaanku sepenuhnya
sehingga sepanjang hidupku menjadi pancaran terang-Mu.
Bersinarlah melalui aku, sehingga sehingga setiap orang yang aku jumpai
dapat merasakan kehadiran-Mu di jiwaku.
Biarkan mereka memandang kepada-Mu dan tidak memandang saya lagi
tetapi hanya Engkau ya Yesus!

Author

Write A Comment