Sabda Hidup
Senin, 7 Oktober 2024, Peringatan Wajib St. Perawan Maria Ratu Rosario
Bacaan: Gal. 1:6-12; Mzm. 111:1-2,7-8,9,10c; Luk. 10:25-37.
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” (Luk 10: 36 – 37)
Kisah tentang Orang Samaria Yang Baik Hati sangat familiar bagi kita. Di sini kita mendapatkan kesimpulan dari kisah tersebut. Orang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho itu dirampok, dipukuli dan ditinggalkan setengah mati. Seorang imam yang lewat, menyimpang, menghindarinya. Demikian juga seorang Lewi. Akhirnya seorang Samaria yang peduli, menolong dan merawatnya dengan murah hati.
Menarik bahwa Yesus bertanya, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu,” kepada orang yang bertanya kepada Yesus di awal cerita. Ia tidak menjawab “Orang Samaria”, melainkan “Orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
Barangkali orang itu malu mengakui bahwa dalam cerita itu justru orang Samarialah yang berbelas-kasihan. Sebab bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah musuh bebuyutan. Selain itu, belas kasihlah yang menjadi fokus utama dalam kisah ini.
Sangatlah mudah bagi kita untuk menilai dan menghakimi satu sama lain. Setiap saat, di media masa, dalam percakapan kita sehari-hari, kita baca, kita dengar, atau kita saksikan penghakiman terus menerus. Nampaknya manusia jatuh dalam sikap mudah menghakimi. Kalau tidak menilai dan menghakimi, kita sering tergoda menjadi seperti imam dan orang Lewi dalam kisah itu. Kita tergoda untuk menutup mata dan telinga terhadap mereka yang membutuhkan. Orang Papua bilang, “Malas tahu!” Apalagi ketika kita sudah jatuh dalam pengkotak-kotakan atas dasar pelbagai macam kategori.
Paus Fransiskus memperingatkan kita akan bahaya mengikuti budaya “orang lewat” ketika menafsirkan perumpamaan tentang orang Samaria. Masyarakat kita berbuat sedemikian rupa sehingga orang-orang sering mengabaikan kebutuhan sesama mereka saat mereka lewat. Kita harus meluangkan waktu sejenak untuk mengamati dan menanggapi kesulitan mereka yang ada di tengah-tengah kita. Untuk itu kuncinya adalah belas kasih dan bela rasa yang dinyatakan dengan murah hati.
Renungkan hari ini panggilan Allah terhadap kita masing-masing untuk berbelaskasih. Kita dipanggil menjadi alat belas-kasih-Nya. Sering kali untuk menyatakan belas kasih secara sungguh-sungguh, kita mesti terluka. Mesti terluka karena belas kasih sejati menuntut kita melepaskan ego, kesombongan, kemarahan, dendam, pandangan pribadi, dsb. Untuk berbelas kasih kita harus memilih KASIH. Kita memilih untuk mengasihi hingga terluka. Luka yang menjadi sumber kesembuhan.
Ibu Teresa dari Calcutta pernah berkata, “Saya temukan suatu paradoks, yaitu jika kita mengasihi hingga terluka, maka tidak akan ada luka lagi, hanya kasih, dan semakin mengasihi.”
Semoga kita semakin hari semakin menjadi alat belas kasih Tuhan. “Pergi dan buatlah demikian!” perintah-Nya kepada kita.
***
Hari ini juga kita peringati St. Perawan Maria Ratu Rosario. Peristiwa terbesar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7 Oktober sebagai tanggal Peringatan Santa Maria Ratu Rosario ialah peristiwa kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam Turki. Menghadapi pertempuran ini Paus Pius V menyerukan agar seluruh umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Maria atas Gereja. Doa umat itu ternyata dikabulkan Tuhan. Pasukan Kristen dibawah pimpinan Don Johanes dari Austria berhasil memukul mundur pasukan Turki di Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571 (Minggu pertama bulan Oktober 1571). Sebagai tanda syukur Paus Pius V (1566-1572) menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari pesta Santa Maria Ratu Rosario. Kemudian Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia. Dan Paus Leo XIII (1878-1903) lebih meningkatkan nilai pesta ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk menghormati Maria. Kemudian berdoa Rosario itu langsung diminta Bunda Maria sendiri agar didoakan umat pada peristiwa-peristiwa penampakannya di Lourdes, Prancis (1858), Fatima, Portugal (1917), di Beauraing, Belgia (1932-1933) dan di berbagai tempat lainnya akhir-akhir ini.
Jangan lupa, hari ini juga kita diajak oleh Paus Fransiskus untuk menjadikan hari ini sebagai hari doa dan puasa bagi perdamaian dunia. Mari berdoa rosario suci untuk perdamaian dunia. Mari memilih KASIH. Mari memilih DAMAI.