Sabda Hidup
Minggu, 23 Januari 2022, Minggu Biasa III, Hari Minggu Sabda Allah
Bacaan: Neh. 8:3-5a,6-7,9-11; Mzm. 19:8,9,10,15; 1Kor. 12:12-30; Luk. 1:1-4; 4:14-21.
Seorang Pastor dan seorang temannya, pemilik sebuah pabrik sabun, sedang berjalan-jalan sore. Mereka berbincang-bincang tentang banyak hal, hingga sampai pada topik tentang hidup beragama. Pemilik pabrik sabun itu berkata, “Pastor, apa gunanya beragama? Apa gunanya beriman? Lihat, permasalahan dan penderitaan di dunia ini tetap ada setelah beribu-ribu tahun ajaran tentang kebaikan, kebenaran, damai diberikan, setelah doa yang tak putus diucapkan, setelah kotbah yang tak terhitung disampaikan!”
Pastor itu hanya terdiam merenung. Mereka meneruskan jalan-jalan sore mereka sampai pada suatu saat pastor melihat anak-anak bermain lumpur di selokan pinggir jalan.
Lalu Pastor itu berkata, “Lihat anak-abak itu. Kau bilang sabun yang kau bikin di kau punya pabrik itu bisa bikin bersih, tapi kau lihat anak-anak itu…tetap saja kotor penuh lumpur. Apa gunanya kau punya sabun itu? Tak terhitung banyaknya sabun dibuat di dunia ini, tapi anak-anak itu tetap kotor!”
Pemilik pabrik sabun itu sedikit kesal mendengar kata-kata Pastor dan protes: “Tapi Pastor, sabun tentu saja tidak ada guna kalau tidak dipakai, kalau tidak digunakan!”
“Nah, tepat sekali!” kata Pastor. “Demikian juga agama dan iman serta semua ajarannya. Semuanya itu tidak ada guna kalau tidak dipakai, kalau tidak dipraktekkan!”
* * * *
Hari ini adalah hari Minggu Biasa III dan kita rayakan juga sebagai Hari Minggu Sabda Allah. Minggu Biasa III ditetapkan sebagai Minggu Sabda Allah pada tanggal 30 September 2019 dengan diterbitkannya Motu Proprio “Apperuit illis” oleh Paus Fransiskus. “Minggu ketiga masa biasa akan dikhususkan untuk perayaan, pembelajaran, dan penyebaran Sabda Allah,” kata Paus. Minggu Biasa III juga biasanya ada dalam rangkaian Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristen. Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa “Perayaan Minggu Sabda Allah mempunyai nilai ekumenis, karena Kitab Suci menunjukkan cara, bagi mereka yang mendengarkan, jalan menuju persatuan yang otentik dan erat.” Ditekankan pula pentingnya membaca, menghargai dan berdoa dengan Kitab Suci. Namun tantangan terbesar kita dalam kehidupan adalah: mendengarkan Kitab Suci dan kemudan mempraktikan belas kasih.
Maka, Sabda Allah yang kita baca, dengarkan, renungkan, hanya mempunyai makna jika kita praktekkan. Sabda Allah ada manfaatnya hanya jika digunakan, seperti sabun bermanfaat jika digunakan.
Ibu Teresa dari Calcutta, tergerak meninggalkan kemapanan dan kenyamanan hidup untuk melayani mereka yang paling miskin di India. Apa yang mendorongnya melakukan hal itu? Ia katakan bahwa Ia terinspirasi oleh Perumpamaan tentang Penghakiman Terakhir (Mat 25: 31 dst): “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”
Ia berkata, “Jika saya mengikuti Sabda Tuhan maka saya akan masuk Kerajaan-Nya yang sudah disediakan.”
Hari ini kita juga mendengarkan pencanangan misi Yesus: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4: 18 – 19).
Bagi kita murid-murid Kristus, misinya juga menjadi misi kita.
Untuk mempraktekkan semua itu, kita tidak perlu menjadi Ibu Teresa. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita dapat mempraktekkan nilai-nilai Injil seperti kejujuran, pengampunan, keadilan, dan perhatian kepada mereka yang berkebutuhan. Jika itu kita laksanakan, maka kita melaksanakan misi Yesus yang adalah misi kita, sehingga “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya,” (Luk 4: 21).
Tidak ada seorang pun yang tidak dapat membantu sesama. Ada pelbagai cara, sarana dan kemampuan kita untuk membantu mereka. Terutama di masa pandemi, dan adanya musibah dan bencana yang menyebabkan penderitaan. Para pengungsi di pelbagai tempat, karena gunung meletus, banjir, longsor, kebakaran, dan lain-lain. Mereka memerlukan banyak bantuan, sembako, pakaian, obat-obatan sarana-prasarana untuk pendidikan, dan perumahan. Kemampuan untuk menghibur anak-anak, untuk memulihkan trauma, perhatian dan doa-doa, dan sekadar hadir dan memberi senyuman dan simpati. Ini sudah bisa membantu mereka untuk menjadi tabah, optimis, dan semangat menyongsong masa depan. Marilah kita mewujudnyatakan buah-buah Minggu Sabda Allah ini dengan tindakan nyata, yaitu dengan membawa kasih dan kerahiman Tuhan untuk sesama yang menderita.
“MENDENGARKAN KITAB SUCI, TAK LAIN IALAH: UNTUK MEWUJUDKAN BELAS KASIH YANG MERUPAKAN TANTANGAN BESAR YANG ADA DI HADAPAN HIDUP KITA.” – Paus Fransiskus.