Sabda Hidup
Rabu, 19 Januari 2022, Rabu Pekan Biasa 2
Bacaan: 1Sam. 17:32-33,37,40-51; Mzm. 144:1,2,9-10; Mrk. 3:1-6.
Begitu sering prasangka dan label yang diberikan kepada orang lain menjauhkan kita dari sikap objektif dan menutup mata kita untuk melihat kebaikan dan keindahan dalam diri orang lain. Kita melihat orang lain dari sikap dan keyakinan subjektif kita dan menolak untuk ditantang oleh cara berpikir, berbicara, dan bertindak orang lain, seperti yang dilakukan orang-orang Farisi dalam Injil hari ini.
Mengapa penyembuhan pada hari Sabat membuat orang-orang Farisi bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Yesus? Apa sebenarnya tindakan Yesus yang mereka pertanyakan? Mereka diam saat Yesus menantang mereka untuk membuat suatu pendirian, untuk mempertimbangkan, serta menilai dan menentukan pilihan. Mereka diam dan tidak menanggapi pertanyaan Yesus karena mereka tidak mencari kebenaran. Bagaimana mereka bisa melihat kebaikan ketika hati mereka sudah tertutup oleh pendirian mereka? Injil mengatakan bahwa “Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia,” (Mrk 3: 2). Mereka memang tidak bermaksud untuk bersikap jujur dan adil; mereka menunggu-nunggu Yesus berbuat kesalahan, serta memupuk kemarahan, permusuhan dan prasangka. Pikiran mereka tertutup; tidak ada tempat bagi perubahan hati.
Bagaimana dengan kita Apakah prasangka menghalangi kita melihat kebenaran, keindahan, dan kebaikan? Apakah kita memberi tempat bagi orang lain untuk mengungkapkan kebaikan dengan selalu memandangi mereka dengan positif, bebas dari prasangka dan diskriminasi? Apa yang lebih dulu kita lihat saat kita menjumpai orang lain? Kebaikan atau kekurangan mereka? Apakah kita terbuka terhadap orang-orang yang berpikir dan bertindak berbeda dengan kita?
Semoga hati kita tidak disesatkan dan terbuka untuk melihat keindahan dan kebaikan pada orang lain.