Sabda Hidup
Rabu, 14 Agustus 2024, Peringatan St. Maksimilanus Maria Kolbe
Bacaan: Yeh. 9:1-7; 10:18-22; Mzm. 113:1-2.3-4.5-6; Mat. 18:15-20
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” (Mat 18: 15 – 17)
Permenungan lebih dalam dari Sabda Tuhan dalam Injil hari ini membawa kesadaran bahwa apa yang diajarkan lebih dari sekadar memberi koreksi kepada orang-orang yang bersalah. Di balik semuanya itu adalah KASIH. Kasih sejati. Kasih sejati dan perhatian kita kepada saudara-saudari kita, tidak membiarkan kita untuk diam dan acuh tak acuh terhadap saudara-saudari kita yang mempunyai kelemahan. Diam dan menolak untuk terlibat bukanlah pilihan yang menyelamatkan. Dengan diam dan tak peduli kita dapat jatuh dalam dosa “kelalaian”.
Dalam budaya “malu hati”, “rikuh pekewuh”, mengoreksi saudara-saudari berbuat salah mungkin sulit dilakukan. Namun demi kasih kita kepada mereka, hal itu wajib dilakukan. Sabda Tuhan melalui Nabi Yehezkiel (Yeh 33: 7 – 9) berikut ini patut kita renungkan:
“Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! –dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”
Yeh 33: 7 – 9
Dan lagi, St. Paulus berkata: “Di atas semuanya itu, kenakanlah KASIH, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan,” (Kolose 3:14)
Namun, di atas segalanya, kehadiran Tuhan di tengah kita menjadi yang utama. Perikope Injil hari ini beberapa kali mengatakan “dua atau tiga orang”. Yesus mengajarkan, jika seorang saudara yang berbuat kesalahan dan tidak dapat dikoreksi dengan pembicaraan empat mata, saudara yang prihatin akan hal itu dan hendak menegurnya dianjurkan untuk mengundang dua atau tiga orang saksi untuk membantunya berbicara dengan saudara yang bersalah. Lebih lanjut Yesus berkata, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga,” dan jika dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia ada di tengah-tengah mereka. Dalam apa saja yang kita buat, hendaknya kita sadar bahwa kita ada “dalam kehadiran-Nya.” Pun dalam usaha kita menegur saudara kita, undang Tuhan untuk hadir. Tegurlah saudara-saudari yang berbuat kesalahan, tetapi jangan lupa doakan mereka. Berbicara dari hati ke hati itu penting, namun pertama-tama yang mengubah hati orang adalah rahmat Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat mengubah orang. Hanya rahmat Tuhan yang membuat hati bertobat, bukan kita. Itulah sebabnya, doa adalah sangat penting, bagian paling vital dalam koreksi persaudaraan.
Tuhan, saat memberikan koreksi terhadap sesama, berilah aku kasih. Ketika menerima koreksi, berilah aku kerendahan hati. Amin.