Sabda Hidup
Rabu, 15 Januari 2025, Rabu Pekan Biasa I
Bacaan: Ibr. 2:14-18; Mzm. 105:1-2, 3-4, 6-7, 8-9; Mrk. 1:29-39.
Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.” [Mrk 1: 39]
Injil hari ini menceritakan kesibukan satu hari dalam kehidupan Yesus di Kapernaum, sebuah narasi yang menghubungkan pelayanan penyembuhan-Nya dengan kebangkitan iman. Tindakan Yesus-mulai dari menyembuhkan ibu mertua Petrus hingga interaksi-Nya dengan orang banyak yang mencari penghiburan dari penderitaan fisik dan rohani – mengungkapkan sebuah misi yang berakar pada jantung kemanusiaan. Dia menemui orang-orang di mana mereka berada, mengatasi derita mereka dan menawarkan harapan kepada mereka.
Yesus tidak bekerja dari sebuah “laboratorium” yang terpisah dari realitas. Sebaliknya, Dia masuk ke dalam hiruk pikuk kehidupan manusia, berada di jalanan dan membenamkan diri dalam pergumulan orang banyak. Orang banyak itu mewakili umat manusia yang menderita, yang ditandai dengan kerja keras dan kesulitan, dan kepada mereka Yesus mencurahkan anugerah-Nya yang membebaskan dan memperbarui. Dalam hal ini, kita melihat sebuah model bagi orang Kristen saat ini: untuk keluar dari zona nyaman kita dan bertemu dengan orang lain dalam kehancuran mereka, menawarkan kasih Kristus yang menyembuhkan.
Setelah seharian melayani, Yesus menyepi untuk berdoa dalam kesendirian sebelum melanjutkan misi-Nya. Hal ini menyoroti pentingnya doa untuk menopang pelayanan, mendasari pekerjaan kita dalam hubungan dengan Tuhan. Yesus menghindari daya tarik kemenangan, menunjukkan bahwa mukjizat dan tindakan karismatis berfungsi sebagai tanda yang mengarahkan kita kepada iman dan pertobatan, dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.
Tanggapan Yesus kepada para murid-Nya – “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil,” – menyoroti sifat misioner dari karya-Nya. Pewartaan Kerajaan Allah tidak berhenti di satu tempat; ini adalah sebuah perjalanan yang bergerak keluar, mengundang orang-orang untuk merangkul warta gembira Injil.
Semoga keseharian Yesus ini, menginspirasi kita untuk menjadi Gereja yang mendirikan kemahnya di tengah-tengah masyarakat, membawa sabda Kristus yang menyembuhkan kepada dunia yang merindukan harapan, iman, dan pembaruan. “Saya lebih memilih Gereja yang memar, terluka, dan kotor karena berada di jalanan, daripada Gereja yang tidak sehat karena terkurung dan bergantung pada keamanannya sendiri,” kata Paus Fransiskus dalam Evangeli Gaudium, 49.
Tuhan, semoga kami tidak hanya tinggal dalam zona nyaman kami, tetapi berada di mana kami dibutuhkan, menjadi tanda dan sarana keselamatan, siap sedia melayani. Amin.