Remah Harian

KELIMPAHAN

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu 13 Februari 2021, Sabtu Pekan Biasa 5

Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: “Tujuh.” Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang.”

(Mrk 8: 1 – 9).

Injil Markus dua kali mengisahkan mukjizat penggandaan roti.Mrk 6:  30 – 44 mengisahkan mukjizat itu dengan setting yang berbeda dengan Mrk 8: 1 – 10. Mrk 6: 30 – 44 mengisahkan peristiwa itu terjadi di daerah Yahudi dan Yesus memberi makan 5.000 orang, sedangkan Mrk 8: 1 – 10 Yesus memberi makan 4.000 orang dan peristiwa itu terjadi di daerah orang-orang bukan Yahudi. Dua tradisi berbeda mempengaruhi kisah mukjizat ini. Tradisi pertama datang dari daerah Palestina. Menurut tradisi tersebut, peristiwa itu terjadi di pantai barat danau Galilea dan mengenai dua belas bakul melambangkan dua belas suku Israel dan jumlah para rasul. Tradisi yang kedua datang dari kalangan Kristen yang bukan keturunan Yahudi. Menurut tradisi tersebut peristiwa ini terjadi di pantai timur danau, di mana penduduk daerah tersebut bukan orang Yahudi. Mengenai tujuh bakul dan tujuh roti melambangkan jumlah suku Kanaan, dan jumlah diaken dari kalangan Kristen yang berbahasa Yunani. 

Dengan menggambarkan pemberian makan kepada 4.000 orang di daerah orang bukan Yahudi ini, Markus ingin mengatakan bahwa Yesus tidak hanya datang kepada orang-orang Yahudi, melainkan juga kepada orang-orang non-Yahudi. Markus ingin mengatakan, bahwa Yesus mengasihi semua orang, semua sama pentingnya bagi diri-Nya.  Kita semua penting di mata-Nya dan dari atas kayu salib Dia menumpahkan darah-Nya bagi kita masing-masing.

Cerita mukjizat penggandaan roti dan ikan ini oleh Markus dimaksudkan sebagai suatu penggambaran awal dari Ekaristi. Seperti apa yang dilakukan-Nya pada perjamuan akhir, di sini juga Yesus mengucap syukur, memecah-mecahkan roti dan memberikannya kepada para pengikut-Nya (lihat Mrk 8:6; 14:22). Ekaristi adalah Paskah baru yang tidak lagi merayakan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan Mesir melainkan pembebasan seluruh umat manusia dari dosa. Ini adalah pemenuhan janji yang terdapat dalam Kitab Kejadian. Dalam Ekaristi Tuhan memberikan kepada kita satu cara untuk mengatasi efek-efek dari dosa-dosa yang diulang-ulang, suatu cara untuk memulihkan kita sebagai anak-anak Allah. Dalam Ekaristi, Yesus memberi makan kepada kita secara spiritual, memberikan diri-Nya kepada kita dan menyegarkan kita, seperti Dia menyegarkan orang banyak mukjizat penggandaan roti dan ikan itu.

Apa yang dapat kita timba dari kisah penggandaan roti dan ikan ini?

  • Jangan cari aman ketika menjumpai sesama berkebutuhan. Ketimbang cari aman dan mengeluh: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” (Mrk 8:4) Yesus mengajak para murid melihat resource mereka: “Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: “Tujuh.” (Mrk 8: 5) Dan dari resource yang kita miliki, kita berbagi. “Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak,” (Mrk 8: 6). Dari yang sedikit, dipersembahkan kepada Tuhan dan dibagikan, mereka berkelimpahan. “Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul, “ (Mrk 8: 8).
  • Kelimpahan pada suatu waktu di masa lalu. Peristiwa penggandaan roti itu terjadi di “tempat yang sunyi”. Ini mengingatkan kita bagaimana Allah memberi makan umat-Nya dengan manna di padang gurun yang sunyi.
  • Kelimpahan selamanya. Kisah penggandaan roti ini diakhiri dengan orang yang mengumpulkan sisa-sisa roti sebanyak tujuh bakul setelah semua orang makan sampai kenyang. Ini merupakan jaminan bahwa berkat Allah tak pernah habis. Akan selalu ada anugerah, akan selalu ada berkat-Nya, sekarang, esok hari, dan di hari-hari mendatang.

Ia telah menyelenggarakan hidup kita danmencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua secara berlimpah, memberi makan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan kita.  Pada gilirannya, kita mengucap syukur atas hidup kita, mempersembahkannya kepada Tuhan, memecah-mecahkannya, dan membagi-bagikannya kepada sesama.

Bacaan Misa hari ini: Kej. 3:9-24; Mzm. 90:2,3-4,5-6,12-13; Mrk. 8:1-10.

Author

Write A Comment