Sabda Hidup
Selasa, 15 Juni 2021, Selasa Pekan Biasa XI
Ada yang bilang begini: “When we hate our enemies, we are giving them power over us: power over our sleep, our appetites, our blood pressure, our health and our happiness.” Ketika kita membenci musuh-musuh kita, kita membiarkan mereka berkuasa atas diri kita: atas tidur kita, selera makan kita, tekanan darah kita, kesehatan dan kebahagiaan kita. Benar juga….
Namun, rasanya kita setuju bahwa perintah Yesus ini adalah perintah yang sulit. Akan tetapi, mengapa kita perlu memaafkan? Mengapa kita mengampuni dan mengasihi musuh? Paling tidak ada 3 alasan:
Pertama, kita tidak bisa menyakiti pelaku dengan tidak mengampuni, tapi kita bisa membebaskan diri dengan memaafkan. Hal ini berlaku untuk tingkat tertentu.
Kedua, tidak mengampuni adalah beban berat untuk dibawa. Kita seakan memikul sebongkah batu yang kita bawa ke mana-mana dengan maksud agar dilemparkan ke orang yang menyakiti kita. Ini menguras energi dan melelahkan. Bukankah lebih baik bagi kita meletakkan batu itu ke tanah? Membenci orang itu seperti membakar rumah kita sendiri untuk menyingkirkan seekor tikus.
Ketiga, kita akan menjadi lebih sehat jika kita memaafkan daripada kita bersusah hati dengan dendam. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa dengan mengampuni kita juga merawat diri kita.
Kita diingatkan bahwa untuk menjadi orang Kristen sejati, kita tidak hanya menjadi manusia yang benar-benar baik. Kita juga harus berpikiran terbuka dan murah hati dalam hubungan kita dengan orang lain. Bukankah kita diciptakan menurut gambar Allah yang penuh belas kasih? “Hendaklah engkau murah hati seperti Bapamu murah hati!” (Luk 6: 36) dan “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna,” (Mat 5: 48).
Ada ganjalan dalam relasi anda dengan seseorang? Berdoalah baginya. Sebab anda tidak dapat sekaligus berdoa baginya dan membencinya.
Bacaan hari ini: 2Kor. 8: 1-9; Mzm. 146:2,5-6,7,8-9a; Mat. 5:43-48.