Remah Mingguan

KASIH TANPA PAMRIH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 2 Juni 2024, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Bacaan: Kel. 24:3-8Mzm. 116:12-13,15,16bc,17-18Ibr. 9:11-15Mrk. 14:12-16,22-26.

MRK 14: 22. 24

Di paruh akhir bulan Mei di berbagai kota di Indonesia ditayangkan sebuah film yang sedang booming, sebuah film drama keluarga dari Thailand berjudul How to make millions befor grandma dies.

Kisah film ini berfokus pada M, seorang pria muda yang memilih untuk meninggalkan pekerjaannya untuk merelakan diri merawat neneknya yang terkena kanker. Akan tetapi M tidak merawat neneknya karena kasih sayang, dia melakukannya untuk mengambil warisan yang dia berikan kepadanya.

Dengan harapan mendapatkan warisan jutaan dolar, M meninggalkan impiannya untuk menjadi game caster dan pulang ke rumah neneknya yang sakit parah untuk membantunya. Namun, memenangkan hati neneknya bukanlah hal yang mudah. Neneknya adalah wanita tangguh yang sulit untuk ditaklukkan. Permasalahan gap generasi antara Amah yang memegang kuat tradisi dengan M, anak generasi Z yang selengekan menampilkan kejadian-kejadian yang mengundang tawa.

Masalah lain muncul ketika M mengetahui bahwa dia bukan satu-satunya orang yang mengincar warisan sang nenek. Dia juga mendapati dirinya terlibat dalam kompetisi yang sengit.

Sebelum waktunya habis, M terus berusaha keras untuk menjadi kesayangan neneknya. M melakukan apa pun yang dia bisa untuk mendapatkan warisan yang diyakini dapat mengubah hidupnya.

Film ini menunjukkan betapa sulit kehidupan keluarga Amah, yang terdiri dari anak dan cucunya yang mempunyai bermacam-macam kepentingan. Film ini berkisah tentang pertarungan antara kasih sayang keluarga sejati dan kepentingan keuangan. Namun ada hal yang dapat kita pelajari yaitu betapa berartinya kasih yang tulus tanpa pamrih, betapa bermaknyanya kehadiran bagi orang-orang yang kita kasihi. Kita menyadari, bahkan dalam relasi kasih dalam keluarga pun, kita sering tak luput dari pamrih, ingin mendapatkan sesuatu. Dapatkah kita mengasihi secara tulus dan tanpa pamrih? Sejauh mana kehadiran saya bermakna bagi orang-orang yang kita kasihi?

Hari ini kita merayakan Hari Raya Corpus Christi, Tubuh dan Darah Kristus. Kita rayakan hari ini kasih Kristus bagi kita semua. Karena mengasihi kita, Dia rindu untuk selalu bersama kita. Dalam Ekaristi, kita dapat memahami betapa Yesus mengasihi kita. Kehadiran-Nya dalam Ekaristi bukan hanya sebuah simbol dari kehadiran rohani-Nya. Kehadiran-Nya adalah nyata. Dia benar-benar hadir dalam Ekaristi dengan memberikan tubuh-Nya sebagai makanan kita dan darah-Nya sebagai minuman kita. “Ambillah, inilah tubuh-Ku.” “Inilah darah-Ku.” [Mrk 14: 22. 24]. Ia tidak mengatakan, “Ambilah ini simbol tubuh-Ku atau ini simbol darah-Ku.” Dan lagi, dalam Injil Yohanes Ia berkata: “Karena daging-Ku adalah makanan yang benar dan darah-Ku adalah minuman yang benar. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yohanes 6:55-56).

Yesus adalah “roti hidup yang turun dari surga” yang sungguh-sungguh mengasihi kita dan ingin agar kehidupan-Nya sendiri mengalir melalui pembuluh darah kita. Yesus ingin selalu bersama kita dan di mana saja, bukan dalam artian artifisial tetapi dalam kehadiran yang nyata. Dia tidak akan meninggalkan kita meskipun kita adalah orang berdosa karena Dia ingin menemani kita dalam setiap pasang surut kehidupan kita hingga Dia membawa kita pulang dengan selamat dan pasti ke dalam kehidupan yang kekal. Dia menepati janji-Nya: “Aku akan menyertai kamu sampai akhir jaman.”

Jadi, ketika kita menerima Yesus selama perjamuan kudus, ketika imam atau prodiakon mengangkat hosti yang kudus dan berkata kepada Anda, “Tubuh Kristus,” dan Anda menjawab, “Amin,” cobalah untuk menyadari, dengan sungguh-sungguh bahwa hosti kudus yang anda terima adalah Tubuh Kristus yang hidup. Itu adalah Yesus yang sama yang lahir di Betlehem. Yesus yang sama yang dipaku dan mati di kayu salib. Yesus yang sama yang bangkit dari kematian.

Pemahaman ini membawa kita pada beberapa konsekuensi. Pertama, penerimaan Tubuh dan darah Kristus membutuhkan kesiapan iman, yang didukung dengan sikap dan perilaku yang pantas. Itulah sebabnya sebelum komuni kita berdoa, “Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya….” Dalam perayaan bersama tidak jarang juga disampaikan pengumuman, “Yang menyambut tubuh Kristus adalah mereka yang sudah dibaptis Katolik dan pantas,” [artinya tidak ada halangan atau tidak tinggal dalam situasi dosa.] Semuanya mengingatkan kita bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus bukanlah sembarang keputusan: itu adalah keputusan untuk “communio”, persatuan dengan Kristus.

Kedua, saat kita berpartisipasi dalam Ekaristi kita serentak menerima dan memberi. Menerima karena dalam ekaristi kita menerima buah-buah sengsara Kristus karena bagi kitalah Yesus menderita, wafat dan bangkit. Namun sekaligus kita juga memberi. Karena Ekaristi akan memurnikan dan menjiwai hidup kita sehingga cara merasa, berpikir dan bertindak kita dijiwai oleh semangat Yesus sendiri. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,” (Yoh 6: 56). Ekaristi akan menjiwai kita sehingga kita mengarahkan hidup bukan hanya untuk mengejar kebutuhan-kebutuhan duniawi semata, tetapi bergerak ke arah yang lebih tinggi yaitu hidup yang kekal.

Setiap kita berpartisipasi dalam Ekaristi kita juga harus mewarnai hidup kita dengan hidup yang Ekaristis. Artinya semangat dasar dalam Ekaristi kita hadirkan di dalam hidup yang konkrit. Inti yang kita terima dari Ekaristi adalah semangat pengurbanan diri Yesus. Maka hidup kita pun juga harus diwarnai dengan pengurbanan diri itu. Dalam pengalaman kita, kita jarang diminta oleh Tuhan untuk berkorban secara luar biasa. Biasanya kita dipanggil untuk melakukan hal-hal kecil, yang perlu kita laksanakan dengan setia.

Tetapi, mengapa kita sering kali sulit untuk berkurban? Kita sering berpikir bahwa pengurbanan akan membawa pada penderitaan. Benarkah demikian? Tidak. Pengurbanan yang dilandasi rasa cinta justru akan membawa sukacita. Lihatlah kolam atau danau. Kolam dan danau yang sehat adalah yang menerima aliran dan kemudian mengalirkannya lagi. Danau yang tidak lagi mengalirkan airnya akan menjadi busuk dan berbau. Seperti laut mati. Justru semangat pengurbanan yang dihidupi akan membawa kita kepada kebahagiaan. Kita seperti air yang bening.

Pengurbanan yang tulus akan membawa kepuasan justru karena kita lebih dihargai dan dicintai banyak orang. Pun jika manusia gagal untuk mengapresiasi pengurbanan kita, Tuhan tidak akan melupakan kita.

Semoga Ekaristi yang kita rayakan akan membuat kehidupan bersama kita semakin Ekaristis. Kehidupan Ekaristis ditandai oleh kasih yang tulus dan perhatian satu terhadap yang lain. Kehidupan Ekaristis ditandai dengan sikap saling membantu. Kehidupan Ekaristis ditandai dengan semangat berbagi. Kehidupan kita akan ditandai dengan sukacita justru karena kita rela berbagi, karena kita hanya sungguh-sungguh memiliki saat kita mampu berbagi.

Selamat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus yang Mahakudus! Kiranya Tuhan memberkati Anda dan keluarga Anda dengan kehadiran Tuhan Yesus Kristus yang nyata.

Author

Write A Comment