Sabda Hidup
Rabu 4 Desember 2024, Rabu Pekan Advent I
Bacaan: Yes. 25:6-10a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat. 15:29-37.
Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.” (Mat 15: 32)
Pandemi Covid-19 telah lama berlalu. Beberapa tahun ini kita telah berusaha bangkit untuk kehidupan yang lebih baik dengan mengusahakan kebaikan bersama. Perhatian kepada sesama dan hati yang murah hati sungguh telah menyelamatkan kehidupan ribuan orang. Lembaga-lembaga internasional pernah memprediksi bahwa akan ada lebih banyak orang yang meninggal karena kelaparan ketimbang karena penyakit. Untunglah itu tidak terjadi. Sungguh, mukjizat penggandaan roti, atau lebih tepat disebut mukjizat pemberian makan mereka yang lapar sungguh terjadi. Banyak orang berbagi bukan dari kelimpahan tetapi bahkan dari kekurangan.
Sebenarnya nampak ada kejanggalan dalam kisah Injil hari ini. Matius menceriterakan bahwa Yesus menyembuhkan orang-orang lumpuh, timpang dan buta di bukit. Kita mungkin berpikir, bagaimana mereka mau datang kepada Yesus? Pastinya tidak gampang bagi orang lumpuh, timpang dan buta mendaki bukit! Namun satu hal jelas di sini: bukit itu bagi Matius, menggemakan nubuat Yesaya. Dalam Nubuat Yesaya bab 35 Nabi berkata bahwa mereka yang lumpuh, timpang, buta dan bisu dan semua orang, akan mendaki bukit Zion dan Allah akan memberi makan pada kedatangan Kerajaan-Nya. “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai,” (Yes 35: 5 – 6).
Melalui kisah ini, Matius ingin mengatakan kepada kita bahwa nubuat itu telah terpenuhi dalam diri Yesus, Sang Juruselamat. Matius ingin menyampaikan kepada komunitasnya bahwa Bukit Zion dan Bait Sucinya tidak lagi menjadi tempat di mana Allah tinggal, melainkan dalam diri Kristus yang bangkitlah kita berjumpa dengan Allah.
Dikatakan bahwa Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan melihat orang banyak yang lelah dan lapar itu. Mereka membutuhkan warta hidup dan pengharapan. Dan warta Advent adalah: ada masa depan bagi setiap orang. Kita bukanlah orang-orang yang terkutuk. Selalu ada kemungkinan untuk rekonsiliasi, pengampunan, keselamatan dan hidup. Meski kita terkutuk, meski sahabat-sahabat meninggalkan kita, meski usaha kita gagal….. selalu tersedia penghiburan dan kesembuhan.
Berkat-berkat Tuhan tak terbatas, diberikan dengan berkelimpahan. Hitunglah berkat yang telah kita terima, kita akan sadar bahwa kita telah menerima dalam kelimpahan. Maka, perhatikanlah kebutuhan sesama. Berbelaskasihlah seperti Yesus. Janganlah kita memalingkan muka dari penderitaan sesama, sebab Allahlah yang telah menempatkan mereka di hadapan kita, percaya bahwa kita akan peduli terhadap mereka. Allah membutuhkan kita dan telah menaruh kepercayaan kepada kita.
Paus Fransiskus suatu kali mengingatkan kita, janganlah kita menjadi pengikut Pontius Pilatus: cuci tangan dari penderitaan sesama.