Sabda Hidup
Senin, 28 April 2025, Senin Pekan Paskah II
Bacaan: Kis. 4:23-31; Mzm. 2:1-3,4-6,7-9; Yoh. 3:1-8
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”…. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
(Yoh 3: 3, 5).
Episode Injil hari ini menampilkan Nikodemus, sorang Farisi, yang datang kepada Yesus pada waktu malam. Untuk tujuan narasi ini, penulis Injil Yohanes menggambarkan karakter Nikodemus sebagai perwakilan dari orang-orang Yahudi yang terbuka terhadap keunikan Yesus, tetapi terkungkung dalam pola pikir tradisional Farisi yang sudah mereka kenal dan nyaman, sehingga mereka tidak dapat atau tidak mau berpindah kepada iman yang sepenuh hati kepada-Nya.
Dalam diri Nikodemus, kita melihat sosok seorang pria yang dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan, namun terjebak dalam agama yang penuh dengan aturan. Imannya tulus tetapi terbatas – lebih berfokus pada ketaatan daripada relasi personal. Banyak di antara kita yang jatuh ke dalam pola ini. Kita memulai dengan kasih, tetapi seiring berjalannya waktu, kehidupan rohani kita dapat menjadi sebuah daftar kewajiban dan rutinitas yang kering.
Suatu ketika orang datang untuk mengaku dosa dan ia mengakukan dosa-dosanya lengkap dengan jumlah berapa kali ia jatuh dalam dosa itu. Misalnya, “Saya tidak menghadiri misa pada hari Minggu 5 kali.” Syukurlah kalau memang ada kesadaran serta kebutuhan perlunya mengikuti Perayaan Ekaristi. Jika tidak maka yang ada adalah rasa takut melanggar aturan. Ketika iman hanya menjadi kepatuhan, kita berisiko kehilangan sukacita dan makna di balik olah kesalehan kita. Bahkan praktik-praktik yang paling suci pun dapat menjadi kosong ketika tidak lagi berakar pada kasih.
Inilah sebabnya mengapa Yesus mengundang kita untuk dilahirkan kembali. Paskah adalah saat pembaharuan. Paskah memanggil kita untuk memeriksa hidup kita dan melepaskan beban-beban yang tidak lagi menyehatkan jiwa kita. Terkadang, struktur dan rutinitas yang dulu mendukung iman kita sekarang terasa menyesakkan. Tuhan tidak meminta kesempurnaan, tetapi keterbukaan untuk memulai lagi – untuk berjalan bersama-Nya dalam hubungan yang hidup dan bertumbuh.
Pada akhirnya, kehidupan Kristen bukanlah tentang apa yang kita lakukan untuk Tuhan, tetapi bagaimana kita berjalan bersama-Nya. Apakah Anda berbicara dengan Yesus? Apakah Anda membiarkan Dia berbicara ke dalam hati Anda? Ketika kita membuka diri kita kepada Roh Kudus, iman kita menjadi hidup kembali. Tuhan ingin bertemu dengan kita di kedalaman diri kita – bukan melalui penampilan tetapi melalui keintiman. Dengan Dia, hidup kita dapat diubahkan. Satu-satunya pertanyaan adalah: Apakah kita mau berubah?
Tuhan semoga kami dilahirkan kembali, diperbaharui, untuk kehidupan iman yang lebih dalam. Amin.