Remah Harian

IMAN AKAN JANJI ALLAH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 10 April 2025, Kamis Pekan Prapaskah V
Bacaan: Kej. 17:3-9Mzm. 105:4-5,6-7,8-9Yoh. 8:51-59

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”

(YOH 8: 51).

Dalam Injil hari ini, Yesus memberikan sebuah janji yang menghibur: “Aku berkata kepadamu, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Perkataan-Nya memancing kemarahan di antara para pendengar-Nya, yang mempertanyakan kuasa-Nya. Namun, Yesus sedang mengungkapkan inti dari perjanjian Allah yang kekal – janji akan kehidupan.

Seperti yang diingatkan oleh Mazmur: “Selama-lamanya Tuhan ingat akan perjanjian-Nya.” Kesetiaan Allah itu teguh. Dia memilih Abraham, memberikan janji bahwa ia akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa, dan meneguhkan perjanjian yang akan berlangsung sepanjang masa. Abraham percaya, bahkan ketika penggenapannya tampak mustahil.

Kehidupan Kristiani mengikuti pola yang sama. Kita telah dipilih oleh Allah, bukan karena perbuatan dan jasa kita. Baptisan kita itu lebih dari sekadar sertifikat – ini adalah sebuah panggilan. Panggilan untuk hidup dalam perjanjian dengan Tuhan, untuk mengatakan “ya” setiap hari kepada janji-Nya, dan untuk tetap setia melalui cobaan hidup. Kesetiaan ini adalah jalan menuju kebebasan dan sukacita sejati.

Yesus meyakinkan kita bahwa mereka yang menaati firman-Nya tidak akan pernah mengalami kematian. Tentu ini tidak berarti bahwa kita tidak akan menderita atau menghadapi kesulitan. Iman tidak melindungi kita dari rasa sakit; iman mengubah cara kita memandang dan menghadapinya. Apa yang tadinya tampak sebagai sebuah akhir atau kehilangan dapat menjadi sebuah kesempatan untuk bertumbuh dan kepercayaan yang lebih dalam pada rencana Allah. Melalui iman, penderitaan kita menjadi batu loncatan menuju sukacita.

“Aku mengenal Dia,” kata Yesus. Pengenalan akan Allah sangatlah penting. Kita tidak dapat mengasihi apa yang tidak kita ketahui. Namun, mengenal Allah bukanlah penemuan yang terjadi sekali saja. Ini adalah perjalanan seumur hidup. Ketika kita bertumbuh dalam pengenalan akan kasih-Nya, kita juga bertumbuh dalam sukacita.

Abraham bersukacita ketika melihat hari Kristus. Ia bersukacita karena penggenapan janji Allah – keselamatan – dalam Kristus. Sukacita sejati timbul dari kesetiaan memegang janji-janji Allah, percaya pada kesetiaan-Nya, dan berjalan di jalan kasih, bahkan ketika itu sulit.

Tuhan, berilah kami kasih karunia untuk percaya kepada firman-Mu dan juga menaatinya dalam kehidupan kami sehari-hari. Amin.

Author

Write A Comment