Remah Mingguan

IA TELAH MERENDAHKAN DIRI-NYA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 13 April 2025, Minggu Palma Tahun C
Bacaan: Bc Perarakan: Luk 19:28-40; Bc Misa Yes. 50:4-7Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24Flp. 2:6-11Luk. 22:14- 23:56

“Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!”
[Luk 19: 38]

Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja! Demikian murid-murid dan umat pada waktu itu menyambut dan mengelu-elukan Yesus. Kita pun mengumandangkan seruan yang sama dalam perayaan hari ini. Meskipun perayaan Minggu Palma biasanya dirayakan dengan perarakan meriah, bahkan di banyak tempat imamnya naik kuda dalam perayaan itu – mungkin karena susah mendapatkan keledai – semoga kita tidak lupa bahwa jantung perayaan ini, kita dengar dalam himne Surat kepada jemaat di Filipi: “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,” (2:8). Perendahan diri Yesus.

Kerendahan hati adalah jalan Allah dan jalan orang Kristiani. Jalan yang terus-menerus menakjubkan dan sekaligus mengusik kita, kita tidak akan pernah terbiasa dengan seorang Allah yang rendah hati, karena kita terbiasa dengan gambaran Allah yang serba-Maha.

Kerendahan hati adalah jalan Allah. Allah merendahkan diri-Nya untuk berjalan bersama umat-Nya, menerima dengan sabar ketidaktaatan mereka. Hal ini jelas ketika kita membaca Kitab Keluaran. Betapa memalukan bagi Tuhan mendengar semua sungut-sungut itu, mereka semua mengeluh terhadap Musa, tetapi akhirnya menentang dia, Bapa mereka, yang membawa mereka keluar dari perbudakan dan memimpin mereka dalam perjalanan melalui padang gurun ke tanah merdeka.

Pekan ini, Pekan Suci, yang menghantar kita menuju Paskah, kita akan mengikuti jalan perendahan diri Yesus. Sebab hanya dengan jalan ini pekan ini akan menjadi “Suci” bagi kita juga!

Kita akan menyaksikan hinaan para pemimpin umat-Nya dan upaya-upaya mereka untuk menangkap-Nya. Kita juga akan menyaksikan pengkhianatan Yudas, seorang dari lingkaran terdekat-Nya, yang akan menjual-Nya untuk tiga puluh keping perak. Kita akan melihat Tuhan ditangkap dan dibawa seperti seorang penjahat; yang ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, yang diseret di hadapan Mahkamah Agama, yang dihukum mati, yang dipukuli dan dihina. Kita akan mendengar Petrus, sang “batu karang”, menyangkal Dia tiga kali. Kita akan mendengar teriakan orang banyak, yang dihasut oleh para pemimpin mereka, yang menuntut agar Barabas dibebaskan dan Yesus disalibkan. Kita akan melihat-Nya diejek oleh para serdadu, dikenakan jubah ungu dan dimahkotai duri. Dan kemudian, saat Ia menapaki jalan-Nya yang menyedihkan di bawah salib, kita akan mendengar ejekan orang-orang dan para pemimpin mereka, yang mengejek-Nya sebagai Raja dan Putra Allah.

Itulah jalan Allah, jalan kerendahan hati. Itulah jalan Yesus; tidak ada jalan lain. Tidak ada kerendahan hati tanpa perendahan diri.

Memenuhi jalan itu, Putra Allah mengambil “rupa seorang hamba” (Flp 2:7). Pada akhirnya, kerendahan hati berarti pelayanan. Ini berarti membuat ruang bagi Allah dengan penelanjangan diri, “pengosongan diri”, sebagaimana dikatakan Kitab Suci (ayat 7). Ini adalah perendahan diri yang teragung dari seluruh perendahan diri.

Tetapi, ada jalan lain yang bertentangan dengan jalan Kristus, yakni jalan dunia. Dunia menawarkan jalan kesombongan, kebanggaan, keberhasilan …. Dari Jakarta ke Solo saja naik pesawat pribadi, ketika banyak orang hidup susah, mudik juga tidak jadi karena kesulitan ekonomi! Si Jahat menawarkan jalan ini juga kepada Yesus setelah Ia berpuasa empat puluh hari di padang gurun. Tetapi Yesus dengan tegas menolaknya. Bersama Dia, kita juga dapat mengatasi godaan ini, tidak hanya pada saat-saat penting, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini, kita dibantu oleh teladan dari begitu banyak pria dan wanita yang, dalam keheningan dan ketersembunyian, mengorbankan diri mereka setiap hari untuk melayani orang lain: melayani mereka yang sakit, lansia, orang yang kesepian, yang cacat … penampakan yang berbeda dengan mereka yang dengan pelbagai cara hendak melanggengkan posisi demi kepentingan pribadi dan kroni-kroni.

Kita saksikan juga perendahan diri yang dialami oleh semua orang yang, karena kesetiaan mereka kepada Injil, menghadapi diskriminasi. Kita ingat juga saudara dan saudari kita yang dianiaya karena mereka adalah orang-orang Kristiani, para martir masa kini. Mereka menolak untuk menyangkal Yesus dan mereka bertahan dihina dan dicederai martabatnya. Mereka mengikuti Dia di jalan-Nya.

Mari kita dengan tekad bulat menapaki jalan yang sama, dengan kasih yang besar bagi Dia, Tuhan dan Juruselamat kita. Kasih yang akan membimbing kita dan memberi kita kekuatan. Sebab di mana Ia berada, kita juga harus berada (Yoh 12:26).

Tuhan Yesus, Rajailah dan kuasailah hati, pikiran, hidup, dan rumahku. Kiranya hidupku mencerminkan kelemah-lembutan dan kerendahan hati-Mu sehingga Engkau dimuliakan sebagai Raja yang penuh kemuliaan! Amin.

Author

Write A Comment