Sabda Hidup
Sabtu, 8 Juni 2024, Peringatan Wajib Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria
Bacaan: Yes. 61:9-11; MT 1Sam. 2:4-5,6-7.8abcd; Luk. 2:41-51.
Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.”
LUK 2: 51
Sehari setelah kita rayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus kita peringati Hati Tersuci Maria. Kedua devosi ini terkait erat satu sama lain karena “persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh santa Perawan hingga wafat-Nya,”(KGK no. 964, 1172).
Menurut sejarah, devosi kepada Hati Maria Tak Bernoda ini tumbuh secara paralel, tetapi dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan devosi kepada Hati Kudus Yesus, dan baru mulai menjadi lebih menonjol pada masa Yohanes Eudes. Yohanes Eudes lahir pada tahun 1601 di Normandia, Perancis. Dia meninggal pada 19 Agustus 1680 dan dikanonisasi oleh Paus Pius XI pada 31 Mei 1925.
Perbedaan utama antara devosi kepada Hati Yesus dan Maria adalah bahwa Hati Kudus Yesus menekankan hati ilahi-Nya yang penuh dengan cinta untuk umat manusia, sementara devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda pada dasarnya berkaitan dengan cinta yang ada di dalam hati Maria kepada Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. Oleh karena itu, hati Maria dimaksudkan untuk menjadi model bagi cara kita mengasihi Tuhan. Dia adalah satu-satunya manusia yang dapat sepenuhnya dan sungguh-sungguh mengasihi Allah dengan cara yang seharusnya, karena hatinya tak bernoda, yang berarti tidak berdosa. Sebab jika Maria tidak menanggapi dengan murah hati dengan jawaban “ya” yang penuh kasih atas tawaran Allah untuk menjadi Bunda dari Putra-Nya, maka kita tidak akan memiliki Juruselamat dan tidak akan diselamatkan. Bagi kita, doa harian kita seharusnya juga seperti jawaban Maria: “Jadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
Menghormati Hati Tak Bernoda Maria adalah cara kita untuk menghormatinya sebagai orang yang dipilih untuk menjadi Bunda Allah, mengakui kekudusannya yang luar biasa, dipanggil untuk berbagi dan bekerja sama dalam penderitaan penebusan-Nya, dan cinta yang luar biasa yang ia berikan kepada Yesus sebagai Bunda-Nya.
Berbicara tentang devosi kepada Hati Tak Bernoda Maria, selama perang dunia kedua, Paus Pius XII menempatkan seluruh dunia di bawah perlindungan khusus Bunda Maria, dengan membaktikannya kepada Hati Tak Bernodanya, dan pada tahun 1944, Paus menetapkan bahwa di masa depan seluruh Gereja harus merayakan pesta Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria.
Perikope Injil hari ini, seperti dalam bagian yang lain Lukas secara menonjol memperlihatkan Maria kepada kita sebagai teladan kaum beriman yang “menyimpan” segala perkara di dalam hatinya dan bertindak berdasarkan Sabda Allah. Seperti kita, sering kali Maria tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Kitab Suci menampilkan dia yang kagum, bingung dan bahkan cemas. Setelah kelahiran Putranya dan para gembala datang memberitahu tentang apa yang dikatakan malaikat kepada mereka, “semua yang mendengarnya kagum dengan apa yang dikatakan para gembala, tetapi Maria menyimpan segala perkataan itu didalam hatinya dan merenungkannya.” Ketika Putranya, Yesus, tertinggal di Bait Allah, di Yerusalem dan setelah tiga hari mencarinya, Maria berkata: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka….Ibunya menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya.” Sebagai tanah yang baik, Maria menerima benih Sabda Allah yang datang kepadanya melalui berbagai pengalaman hidup, ia merenungkannya di dalam hatinya, dan benih itu tumbuh dan menghasilkan banyak buah.
Oleh karena itu, Peringatan Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda mengundang kita untuk memiliki hati yang kontemplatif. Hanya dengan hati yang kontemplatif, kita dapat mengingat masa lalu kita dalam retrospeksi dan melihat tangan Tuhan dalam sejarah pribadi kita. Dengan hati yang kontemplatif, kita menjadi lebih sadar akan kehadiran Allah di masa kini, dan itu akan memperdalam pengharapan dan keyakinan kita kepada Allah untuk melangkah ke masa depan.
Marilah kita menjadikan Maria sebagai teladan dan mempraktekkan keutamaan-keutamaannya dalam hal iman yang penuh kepercayaan, kerendahan hati yang melayani, serta kesiapan untuk melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita sungguh menjadi anak-anak yang tak bernoda dari Bunda Surgawi yang Tak Bernoda.
Tuhan Allah kami, kami berterima kasih kepada-Mu atas kasih yang Engkau berikan kepada Maria, Bunda Putera-Mu dan Bunda kami. Dalam kebaikan-Mu yang besar, Engkau telah memberikannya kepada kami untuk membuka hati kami kepada firman-Mu dan cinta-Mu, sehingga kami dapat mencari kehendak-Mu dalam segala hal yang kami lakukan. Semoga ia juga membiarkan hati kami tersentuh oleh kebutuhan orang-orang yang menderita dan berkebutuhan di sekitar kami. Amin.