Sabda Hidup
Rabu, 4 September 2024, Rabu Pekan Biasa XXII
Bacaan: 1Kor 3:1-9; Mzm 33:12-13.14-15.20-21; Luk 4:38-44.
Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka…. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” [Luk 4: 40, 42 – 43]
Setelah mengusir setan dari seseorang pada hari Sabat di Kapernaum dan bahkan menolak untuk berdialog dengan kekuatan jahat, Yesus berpindah ke rumah Petrus.
Tindakan Yesus yang berpindah dari rumah ibadat ke rumah Petrus merupakan simbolisme yang mendalam. Bagi komunitas Lukas, rumah Petrus adalah simbol dari rumah para murid Yesus – yaitu Gereja. Yesus masuk dan pertama-tama menyembuhkan seorang perempuan – ibu mertua Petrus – yang menderita demam. Perempuan melambangkan Gereja. Gereja itu menderita demam dan penyakit itu melumpuhkannya untuk bangkit dan melayani orang lain. Apa pun yang membuat kita malas, mager, atau menghalangi kita untuk melayani orang lain adalah demam yang memaksa kita untuk tidur. Sebagai warga Gereja, jika kita menolak untuk melayani orang lain, itu menandakan bahwa kita sedang sakit dan memerlukan penyembuhan yang mendesak!
Agar Gereja dapat melanjutkan misinya untuk menyembuhkan luka-luka dunia, Gereja pertama-tama harus disembuhkan dari penyakit-penyakitnya sendiri. Ketika Yesus memasuki rumah Petrus, tindakan pertama yang dilakukan-Nya adalah menyembuhkan mereka yang menderita demam. Setelah disembuhkan dari demamnya, perempuan itu segera bangkit dan melanjutkan misinya, melayani mereka.
Semua orang yang menderita pelbagai macam penyakit dibawa ke rumah Petrus, mencari kuasa kesembuhan dari Tuhan. Hal ini melambangkan dunia yang sakit yang melihat ke arah Gereja untuk mendapatkan kesembuhan. Gereja mengambil bagian dalam misi Kristus untuk membawa kesembuhan bagi dunia. Injil menyatakan, “Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka semua dan menyembuhkan mereka.” Tidak ada seorang pun yang tidak mengalami dan merasakan belas kasihan dan kemurahan Kristus. Ini juga merupakan misi kita.
Setelah misi selesai, Dia tidak tinggal di sana lebih lama lagi. Meskipun orang banyak memohonnya untuk tinggal, Yesus berpindah ke tempat lain. Misi kita adalah untuk terus bergerak melayani umat Allah dan tidak ditempatkan di tempat-tempat yang nyaman di mana kita dihargai dan diterima.
“Maka marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar menawarkan kepada setiap orang hidup Yesus Kristus. Di sini saya mengulangi bagi seluruh Gereja apa yang telah sering saya katakan kepada para imam dan umat awam di Buenos Aires: saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri,” kata Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium no. 49.
Kita juga sedang dalam sukacita karena kunjungan Apostolik Paus Fransiskus di Indonesia yang berlangsung dari tanggal 3 – 6 September 2024. Perjalanan Apostolik menandakan juga Gereja yang bergerak. Kendati usia sudah lanjut, Kunjungan Apostolik Ke Asia-Oceania yang sempat tertunda karena Pandemi Covid-19 tetap dilaksanakan. Dan hal yang menarik perhatian dari banyak kalangan adalah kesederhanaannya. Ia tidak memilih fasilitas yang wah, tetapi tetap berjalan dalam kesahajaannya. Semua mengingatkan kita, Gereja “on the move” dalam pilihan mengutamakan mereka yang miskin, sakit, lemah dan terpinggirkan.
Mari bergerak. Jangan kita “mager” dalam kenyamanan kita, sedangkan banyak jiwa membutuhkan uluran tangan dan sentuhan hati kita.