Sabda Hidup
Rabu, 30 April 2025, Rabu Pekan Paskah II
Bacaan: Kis. 5:17-26; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Yoh. 3:16-21.
“Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
(Yoh 3: 16).
Ayat ini barangkali merupakan bagian dari Injil yang paling banyak dikutip. Ada yang menyebutnya sebagai rangkuman dari Kitab Suci atau bahkan rangkuman dari iman Kristen. Sungguh, Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus!
Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa bagian dari dialog antara Yesus dan Nikodemus ini adalah sebuah risalah teologi yang sejati: di sini ada segalanya. Pewartaan, pengajaran yang lebih dalam, refleksi teologis, nasihat-nasihat… semuanya ada dalam bab ini. Dan setiap kali kita membacanya, kita menemukan lebih banyak kekayaan, lebih banyak penjelasan, lebih banyak hal yang membuat kita memahami wahyu Allah. Alangkah baiknya jika kita membacanya berkali-kali, untuk lebih dekat dengan misteri penebusan.
Ada dua hal yang dapat kita renungkan lebih dalam. Pertama, kasih Allah: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal” (Yohanes 3:16). Ini bukanlah kasih yang abstrak atau sentimental – ini adalah kasih yang memberi, kasih yang menderita, mengasihi hingga memberikan nyawa. Salib bukan sekadar simbol atau hiasan. Salib adalah kitab terbuka tentang kasih Allah, yang dituliskan dalam luka-luka Kristus. Di sana, dalam keheningan, kita dapat mempelajari segala sesuatu: kebijaksanaan ilahi, belas kasihan, dan harapan. Orang-orang kudus dan orang-orang sederhana telah memandang Kristus yang tersalib dan menemukan kedamaian, karena mereka menyadari: inilah kasih Allah kepada saya. Ia tidak mengutus Anak-Nya untuk menghukum, tetapi untuk menyelamatkan. Dan Ia melakukannya dengan kasih yang begitu besar sehingga terlihat seperti kegilaan bagi dunia.
Allah memberikan kepada kita Anak-Nya bukan sebagai surplus. Ia memberikan diri-Nya secara total bagi kita semua, baik layak maupun tidak layak, agar kita beroleh hidup dan menjalani hidup itu secara penuh.
Kedua, panggilan kepada terang: Yesus berkata bahwa terang telah datang-tetapi banyak orang lebih memilih kegelapan. Mengapa? Karena dosa membutakan. Kita dapat menjadi begitu terbiasa tinggal di balik bayang-bayang sehingga kita takut akan terang. Kita bersembunyi, tidak ingin melihat hati kita sendiri. Akan tetapi, Kristus memanggil kita untuk masuk ke dalam terang – terang kebenaran, kasih karunia, dan pertobatan.
Jadi hari ini, kita diundang untuk bertanya pada diri kita sendiri: Apakah saya hidup di dalam terang atau di dalam bayang-bayang? Apakah saya memandang Tuhan yang tersalib dan membiarkan kasih-Nya mengubah saya? Semoga kita berjalan sebagai anak-anak terang, dengan hati yang terbuka kepada Allah yang mengasihi kita sampai akhir.
Tuhan, bantulah aku untuk hidup dalam Terang. Bantulah aku mengarahkan pandanganku pada kebangkitan-Mu yang mulia. Semoga sukacita memandang kemuliaan-Mu menjauhkan aku dari godaan kejahatan di sekitarku. Amin.