Sabda Hidup
Kamis, 12 September 2024, Kamis Pekan Biasa XXIII
Bacaan: 1Kor 8:1b-7.11-13; Mzm 139:1-3.13-14ab.23-24; Luk 6:27-38.
Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian. Mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kalian. Berdoalah bagi orang yang mencaci kalian,” (Luk 6: 27 – 28).
Pernahkah anda merenungkan bahwa persoalan-persoalan atau alasan yang membuat anda tak bahagia? Bukankah sebagian besar berhubungan dengan relasi anda dengan orang lain? Bahkan sering kali itu menyangkut orang yang tak kita kenal seperti kasir yang lemot sehingga anda harus berdiri cukup lama dalam antrean, anak-anak yang mengetuk jendela mobil anda minta-minta, pedagang asongan yang menyita waktu anda, dsb. Bagaimana anda merespon relasi anda dengan orang lain yang menentukan kebahagiaan sekarang ini maupun kebahagiaan kekal.
Tidak hanya anggota keluarga yang menguji kesabaran anda, tapi juga orang-orang di tempat anda bekerja, pengemudi mobil atau sepeda motor yang lain, tukang ojek, pelayan restoran, pelanggan, pedagang di trotoar, pembantu, petugas pemerintahan, dan masih banyak lagi. Bukankah sebagian besar emosi kita terpicu oleh orang-orang lain dalam hidup kita? Itulah sebabnya Yesus mengajak kita untuk mengendalikan diri kita jika kita ingin bahagia. Mari kita hadapi hal itu. Tak seorangpun dari kita ingin hidup sendiri di gua tanpa hubungan sedikitpun dengan orang lain bukan? Kemanapun mata kita memandang, ke manapun kita pergi, apapun yang kita perbuat, selalu saja ada orang lain yang kadang-kadang mengganggu keinginan dan rencana kita. Apa yang harus kita perbuat?
Yesus menantang kita: “Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.” (Luk 6: 32).
Allah baik bagi siapa saja. Kasih-Nya merengkuh mereka yang suci dan yang berdosa. Ia menghendaki kebaikan kita yang tertinggi dan mengajar kita untuk mencari kebaikan terbesar pada orang lain, bahkan mereka yang membenci dan menyakiti kita. Kasih kita kepada sesama, harus ditandai oleh kebaikan dan kemurahan yang sama yang telah ditunjukkan Allah kepada kita.
Oleh sebab itu, “hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati,” (Luk 6: 36).
Bisa? Nampaknya tuntutan Yesus sedikit gila. Tetapi harus bisa. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar,” (Mat 5: 45).