Remah Harian

BERDAMAILAH!

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat, 14 Maret 2025, Jumat Pekan Prapaskah I
Bacaan: Yeh. 18:21-28Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8Mat. 5:20-26.

“Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” [Mat 5: 23 – 24]

Injil hari ini mengingatkan kita akan hubungan yang tak terpisahkan antara hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama. Yesus mengajarkan bahwa kasih persaudaraan adalah dasar dari iman kita. Para ahli Taurat dan orang Farisi percaya bahwa ketaatan yang ketat terhadap Hukum Taurat adalah satu-satunya cara untuk mendekat kepada Allah.

Pola pikir ini masih ada sampai sekarang di dalam komunitas Gereja kita. Banyak orang lebih peduli dengan apakah suatu tindakan, seperti makan daging pada hari Jumat selama masa Prapaskah, adalah dosa atau bukan. Berfokus hanya pada menghindari dosa dapat membuat kita takut akan hukuman Tuhan daripada merangkul kasih-Nya. Pemikiran legalistik seperti ini mereduksi Tuhan menjadi sosok hakim yang menghukum, yang selalu mengawasi kesalahan kita.

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menentang cara pandang yang terbatas ini. Dia menjelaskan bahwa perintah untuk tidak membunuh tidak hanya melarang tindakan itu sendiri, tetapi juga mendorong kita untuk menjauhi kebencian, kemarahan, dan bahkan kata-kata yang merusak. Pembunuhan secara fisik hanyalah ekspresi lahiriah dari kekejaman rohani yang lebih dalam yang berasal dari hati. Seberapa sering kita menghampiri salib Tuhan selama Misa sambil memendam amarah atau konflik yang belum terselesaikan dengan sesama?

Sabda Tuhan memperingatkan kita bahwa kemarahan jika dibiarkan, dapat menyebabkan bahaya yang lebih besar. Sebelum kita mendekati Ekaristi, kita harus terlebih dahulu mencari rekonsiliasi dengan saudara dan saudari kita. Misa itu sendiri adalah sebuah momen rekonsiliasi, dimulai dengan tindakan penyesalan dan dilanjutkan dengan tanda perdamaian. Namun, seberapa sering kita membiarkan salam damai menjadi sebuah tindakan yang hampa, tidak memiliki makna yang sesungguhnya? Marilah kita mengembalikan kedalamannya dan benar-benar berdamai satu sama lain sehingga kita dapat benar-benar berbagi dalam Tubuh dan Darah Kristus.

“Berdamailah dengan saudaramu, lalu datanglah dan berikanlah persembahanmu.” (Matius 5:24)

Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Amin.

Author

Write A Comment